Mohon tunggu...
Maya Puspitasari
Maya Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - SMPN 3 Pante Bidari

Seorang guru penggerak yang terus tergerak, bergerak, dan menggerakkan demi mencerdaskan anak bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merosotnya Minat Belajar

28 Januari 2023   14:43 Diperbarui: 28 Januari 2023   14:51 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MEROSOTNYA MINAT BELAJAR

Pendidikan merupakan sebuah alur untuk menempa dan membekali diri dengan ilmu pengetahuan sebagai landasan berpikir dan berpijak. 

Bagaimana seseorang mengeluarkan pendapat dan bertindak terkait sebuah permasalahan akan sangat tergantung pada sudut pandang keilmuannya. 

Tuntutan untuk menuntut ilmu merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Dengan ilmu pengetahuan seseorang dapat menguasai dunia, dan berkat ilmu pengetahuan juga seseorang dapat mengangkat derajat diri dan keluarganya untuk berkarya dan berguna bagi sesama. 

Betapa beruntungnya apabila usia yang ada dipergunakan untuk terus menempuh pendidikan, mengembangkan kompetensi, dan memperbaharui keterampilan. Terutama bagi pendidik yang notabene adalah seorang pengajar yang selalu harus berdiri tegak di garda terdepan dalam mencerdaskan generasi bangsa. 

Oleh karena itu, guru disebut sebagai pembelajar sejati yang terus menerus belajar sebelum mengajar, mengupgrade diri sesuai perkembangan zaman dan mengikuti perubahan kurikulum agar linier dan kontekstual dalam menyajikan pembelajaran. 

Tidak serta merta hanya mengajar dengan bahan ajar yang sama dan metode yang sama sepanjang hayat. Tentu hal tersebut akan mendatangkan kejenuhan dan kemerosotan minat belajar peserta didik.

Kemudian, faktor kemerosotan lainnya juga tergantung pada dukungan keluarga terutama orang tua, dalam hal menerapkan pola asuh serta lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap minat belajar peserta didik. Apakah orang tua telah mengatur waktu belajar dan bermain anak di rumah? Adakah orang tua melakukan pendampingan saat anak belajar di rumah? 

Pada posisi ini merupakan bentuk kolaborasi orang tua dan guru dalam upaya meningkatkan minat belajar peserta didik. Anak akan beranggapan bahwa tuntutan di sekolah dan di rumah itu sama dan selaras, sehingga tidak menimbulkan kebingungan dalam dirinya.

Dapat dipastikan apabila merosotnya minat belajar peserta didik terus terjadi dari waktu ke waktu, beberapa dampak berikut akan terjadi, seperti hilangnya kepemimpinan dalam diri peserta didik, menurunnya kesadaran diri dalam menjalani hidup dan kehidupan, angka kemiskinan dan kebodohan semakin bertambah. Sungguh dampak tersebut tidak kita inginkan terjadi, bukan?

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Bagaimana strategi penanganannya? Berdasarkan beberapa artikel menyebutkan bahwa untuk meningkatkan minat belajar peserta didik, seorang guru harus melakukan inovasi dalam memfasilitasi pembelajarannya. Seorang pendidik harus kreatif dalam menyajikan materi ajarnya yang sesuai dengan gaya belajar anak. 

Dalam hal ini, guru harus merancang rencana pembelajarannya dengan berbagai metode pembelajaran, menggunakan media pembelajaran sederhana yang telah ia rancang sendiri dari bahan-bahan bekas atau menggunakan aplikasi-aplikasi mutakhir yang dapat menunjang pembelajaran menyenangkan. 

Selanjutnya masuk ke ranah kesiapan anak, guru harus menyelami dunia anak dengan penuh kelembutan, menyapa dengan ramah, mengukir senyum 5x7 yaitu senyum lebar lima sentimeter selama tujuh detik, agar rona-rona bahagia terpancar dari raut wajah peserta didik. 

Dengan demikian, adrenalin kebahagian mampu mengantarkan peserta didik ke gerbang semangat belajar tinggi. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru juga harus mampu menuntun peserta didik sesuai kodratnya, agar benih-benih potensi diri mereka keluar dengan alami, tanpa merasa dituntut apalagi dipaksa. 

Sesuatu yang terpaksa dilakukan akan membuat kenyaman hilang dalam diri, hasilnya pembelajaran tidak membekas dan yang tersisa hanya luka mendalam. Logikanya, bagaimana mungkin seseorang dengan kaki terluka dipaksa lari kencang mengejar target garis finish agar menjadi juara? Sangat tidak sinkron, bukan? Mari sama-sama berbenah, berkolaborasi dalam mengimplementasikan pembelajaran sesuai kurikulum merdeka secara kontekstual demi mencapai pendidikan Indonesia lebih baik lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun