Dalam hal ini, guru harus merancang rencana pembelajarannya dengan berbagai metode pembelajaran, menggunakan media pembelajaran sederhana yang telah ia rancang sendiri dari bahan-bahan bekas atau menggunakan aplikasi-aplikasi mutakhir yang dapat menunjang pembelajaran menyenangkan.Â
Selanjutnya masuk ke ranah kesiapan anak, guru harus menyelami dunia anak dengan penuh kelembutan, menyapa dengan ramah, mengukir senyum 5x7 yaitu senyum lebar lima sentimeter selama tujuh detik, agar rona-rona bahagia terpancar dari raut wajah peserta didik.Â
Dengan demikian, adrenalin kebahagian mampu mengantarkan peserta didik ke gerbang semangat belajar tinggi. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru juga harus mampu menuntun peserta didik sesuai kodratnya, agar benih-benih potensi diri mereka keluar dengan alami, tanpa merasa dituntut apalagi dipaksa.Â
Sesuatu yang terpaksa dilakukan akan membuat kenyaman hilang dalam diri, hasilnya pembelajaran tidak membekas dan yang tersisa hanya luka mendalam. Logikanya, bagaimana mungkin seseorang dengan kaki terluka dipaksa lari kencang mengejar target garis finish agar menjadi juara? Sangat tidak sinkron, bukan? Mari sama-sama berbenah, berkolaborasi dalam mengimplementasikan pembelajaran sesuai kurikulum merdeka secara kontekstual demi mencapai pendidikan Indonesia lebih baik lagi.Â