Mohon tunggu...
Sari Agustia
Sari Agustia Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Penulis lepas

Tia, pangillan akrabnya, menekuni menulis sejak tahun 2013 sampai sekarang. Sebuah karyanya, novel Love Fate, terbit di Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Saat ini aktif menulis bersama beberapa komunitas dan Indscript Creative

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Parenting dan Naik Roller Coster

3 Maret 2023   23:12 Diperbarui: 3 Maret 2023   23:20 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus terang ... saya tak terlalu berani naik roller coster. Saya bahkan sudah lupa kapan terakhir (dan berhasil) naik atraksi Halilintar, roller coster tertinggi, di dufan. Namun, menjadi istri kemudian ibu dari tiga orang anak sebenarnya punya sensasi yang sama, bahkan bisa lebih mengerikan darinya.

Bukan tanpa sebab, menjadi ibu artinya selalu berpikir dan mencurahkan hati supaya anak-anaknya bahagia. Jika saya pernah ada kesalahan, mereka tidak boleh rasakan yang sama. Karena itu, saya merasa paling tahu dan paling benar sehingga berhak mengatur mereka. Apakah itu benar? Seringkali saya sadar itu salah, tetapi dorongan untuk memperbaiki dan mengarahkan sering kali lebih kuat.

Untungnya, saya tidak punya rahasia atau kebohongan yang disimpan dari anak-anak. Akan lain ceritanya jika itu terjadi. Georgia menyimpan kisah kelam masa lalunya dari kedua anaknya. Setalah menonton dua season kisah Georgia dalam serial Ginny & Georgia, saya merasa beruntung sekaligus khawatir.


Saya beruntung karena tidak punya masa lalu seperti Georgia. Namun, bagaimana jika tidak? Dalam keadaan sekarang saja, saya masih suka mengeluh dan kesulitan membesarkan mereka. tidak terbayang bagaimana berada di keadaan tersebut, ibu tunggal, muda, dan secara ekonomi kurang. Rasanya tak pantas mengeluh dan tidak bersyukur.

Sebagai ibu tunggal dengan latar belakang kelam, Georgia sebenarnya adalah ibu biasa yang ingin anaknya tumbuh lebih baik darinya. Hanya, caranya melindungi diri dan kedua anaknya tidak patut dicontoh. Namun, harus diakui bahwa setiap ibu akan lakukan apapun, meski berbahaya (tidak kriminal ya), supaya bisa hidup layak. 

Saya membayangkan berada di posisi Georgia, sebenarnya berat jika seorang ibu punya dosa. Kabur dari ayah tiri yang jahat dan hamil di usia muda dengan seorang pria dari ras berbeda, perjalanan hidupnya sulit semua. 

Masa lalu menjadi alasan mengapa dia bertindak di masa kini. Menariknya, setiap sudut kehidupan masa lalu Georgia akan diceritakan lewat secuplik kisah flash back. Sebagai penonton, saya terpuaskan dari rasa penasaran tanpa harus berbelit-belit untuk dapat satu jawaban.

Georgia punya sisi menarik dalam parenting-nya. Dia sangat kasual, bahkan terkesan santai. Dia sangat paham bagaimana pergaulan zaman Ginny sangat bebas.  Tak heran kalau ia pun jadi favorit di kalangan teman-temannya. Ibu-ibu mereka lebih ketat dan "kolot" dalam mengawasi mereka, berbeda dengan Georgia. Namun, dia tegaskan bahwa Ginny tidak boleh hamil di usia muda sepertinya.

Ilustrasi pribadi (desain canva)
Ilustrasi pribadi (desain canva)

Lain Georgia, lain Ginny. Melihatnya, saya dibuat khawatir. Ginny punya pengalaman hidup tak kalah sulit meski tampak luar dia baik dan lebih dewasa di usianya. Akibat tindakan Georgia membuat dia mengalami penyakit mental yang dideritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun