Saking banyaknya kasus perselingkuhan, maka ada sebuah jurnal psikologi ilmiah diterbitkan pada tahun 2017 mengenai berapa peluang kemungkinan seorang yang berselingkuh akan melakukannya lagi. Situs psychologytoday.com merangkumnya dan saya coba mengutipnya,
Seseorang yang berselingkuh di hubungan sebelumnya, punya peluang 3x lebih besar akan melakukannya lagi, dibandingkan dengan yang tidak pernah melakukan perselingkuhan sebelumnya.Â
Karena penelitian ini dilakukan tidak di Indonesia, memang secara kaidah perilaku, budaya, dan agama tentu berbeda. Ini hanya gambaran kemungkinan saja.Â
Namun, Indonesia yang mayoritas beragama dan percaya perkawinan monogami pun nyatanya tak terlepas kemudian dari isu perceraian orang ketiga. Angka perceraian di Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Dari data terbaru yang dirilis situs bps.go.id maka kasus perceraian di Indonesia ada di kisaran 300 ribuan kasus per tahun. Sedangkan, angka pernikahan di kurun waktu yang sama justru berkurang 200 ribuan kasus.
Di antara penyebab perceraian adalah salah satunya karena isu orang ketiga, meski tidak saya temukan pasti angka persentasinya. Akan tetapi persentasi alasan isu pelakor bisa dipastikan lebih kecil  dibandingkan penyebab tekanan ekonomi, terutama karena pandemi.
Miris sih, di tengah keadaan ekonomi yang masih luluh lantak karena pandemi masih juga ada isu orang ketiga. Adanya orang ketiga itu bukan membantu ekonomi, tentunya, justru malah sering kali bikin biaya makin bertambah tanpa sepengetahuan istri sah.Â
Maka tak aneh sih, jika kebanyakan istri korban selingkuh akan menyelamatkan anak dan hartanya demi keberlangsungan kembali hidup mereka. Segala cara ditempuh, meski harus memiskinkan si mantan suami yang harus berjuang dari nol lagi dengan si istri baru.
Kalau dipikir dengan akal sehat, pada akhirnya, sang pelakor memang akan dapatkan suaminya. Namun, apa yang dia sebenarnya dapatkan? Harta yang sudah tidak utuh, nama baik yang runtuh, atau kemungkinan suami yang berpotensi besar mengulang selingkuh? Apakah sepadan semuanya?
Toilet umum memang dibutuhkan, apalagi kalau sedang diperjalanan dan perlu buang hajat mendadak. Ketika itu terjadi kita tak bisa memilih mau rupa seperti apa si toilet. Tak mungkin juga kita berharap dia akan berkeramik marmer dan harum baunya, maklum sudah kita temukan begitu adanya. Dan tergantung kita mau berlama-lama di sana atau tidak.Â
Karena toilet umum akan tetap sama, hanya punya tujuan untuk singgah dan disinggahi sementara