Cinta pada sang kekasih mudah diucap, sedangkan cinta pada keluarga seringnya lupa diungkap.Â
Anda suka lupa pada orang terdekat di rumah? Lupa untuk bertanya bagaimana kabar mereka; abai empati pada perasaannya; perhatian penuh hanya pada media sosial; merasa tak perlu dekat dengan mereka karena toh, sudah ada di sini untuk Anda. Problematika keluarga yang sering terjadi. Jangan-jangan terjadi di keluarga saya dan Anda!
Kalau Anda belum berkeluarga, saya yakin ibu atau ayah Anda sampai saat ini masih suka risau kalau anaknya pulang dini hari. Kalau Anda sudah berkeluarga, coba tengok berapa lama anak Anda main games online hari ini atau sudah mandi apa belum pasangan Anda karena sibuk bekerja. Mungkin kebanyakan kita tahu kabar teman jauh di media sosial daripada orang di rumah.
Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis kesan saya ketika menonton film Pertaruhan, atau At Stake dalam bahasa Inggris, ini. Saya sendiri tak sadar ada film ini padahal tertulis sudah diproduksi sejak tahun 2017. Kisahnya didominasi sudut pandang hubungan keluarga: hubungan ayah yang single father, serta kakak beradik piatu. Selesai menontonnya saya dibuatnya terpaku.
Saya terenyuh menonton film ini. Bukan hanya karena keempat kakak beradiknya macho dan ganteng, tetapi memang situasinya realistis banget. Saya yakin keadaan mereka itu banyak ditemui, tentunya dengan lika-liku masalah yang berbeda. Namun, hasil akhirnya akan sama, yaitu kehancuran dan penyesalan.Â
Dan saya tidak mau jadi salah satunya.
Lalu apa kira-kira yang akan Anda rasakan setelah menonton film ini?Â
Kalau mengharap sebuah kisah yang ideal dan harmonis, udah pasti bukan di film ini. Namun, di akhir kisahnya, saya justru jadi tersadar bahwa saya kurang terbuka, gengsi, atau suka lupa tunjukkan sayang pada keluarga.
Wajar sih, kalau film ini memang bukan ideal. Latar belakang tokohnya saja sudah orang tua tunggal dengan empat anak, lelaki semua. Menjadi orang tua tunggal tidak pernah mudah. Tentu saja! Bagaimana bisa menjalankan dua peran ayah dan ibu sekaligus jadi gampang? Apalagi kalau finasial pas-pasan. Sudah begitu, tokohnya juga bapak yang watak keras dan kaku. Semua anaknya yang sebenarnya baik jadi tidak bisa komunikasi dan memilih jalan hidup sendiri semaunya.
Secara umum, terlihat bagaimana sebenarnya peran seorang wanita di rumah. Bukan hanya rumah rapi, tetapi kekuatan seorang wanita memang bisa menyatukan keluarga. Mungkin, itu pengaruh rezeki dari Tuhan bahwa wanita lahir dengan banyak kata. Dia ditakdirkan bisa menghangatkan rumah dengan ucapannya, kemudian didukung dengan ekspresinya. Dijamin, rumah pasti tidak pernah sepi. Ada saja dia akan bicara, becanda, sampai juga ngomel tidak ada ujungnya. Ada perempuan di rumah, hawa hangat tetap ada.
Kemudian, sosok anak pertama itu paling dominan. Wajar banget, karena dia dituntut bisa mengayomi adik-adiknya. Kalau anak pertama itu berwatak keras, jadi wajar 'kan karena alasan itu? Meski keras, anak pertama keras sebenarnya penyayang. Semua luka dan perih dia sembunyikan karena dia harus paling kuat. Dia rela menderita asal adiknya bahagia.Â
Dari film ini saya diingatkan, bahwa ketika kombinasi watak tadi ada di rumah, maka bentrokan akan selalu terjadi. Kebanyakan karena mereka tidak saling bicara hati ke hati. Boro-boro mau peluk dan sentuh, bicara saja ogah! Meski ada rasa sayang di antara mereka, percuma jadinya. Pengertian dan pemahaman tak pernah tercipta. Bisa jadi di kehidupan nyata, tak pandang bulu orang tua tunggal atau lengkap, saling tak paham bisa terjadi juga.Â
Pada akhirnya, setiap orang memutuskan sesuatu berdasarkan pertimbangan emosi semata. Tidak ada saran, pelukan melegakan, atau tatapan hangat akan membantu penghuni rumah mengambil keputusan. Jika Anda berhasil melihat akhirnya, saya yakin penyesalan itu bisa hinggap pada Anda juga. Pikiran Anda akan melayang kembali ke keluarga di rumah. Terbersit sekiranya apa yang salah dan harus diperbaiki. Cepat saja pulang, peluk mereka yang Anda sayang.Â
Jangan sampai ketika sesuatu terjadi kemudian Anda menyesal karena tak sempat bilang sayang :)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI