Mohon tunggu...
Sari Agustia
Sari Agustia Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Penulis lepas

Tia, pangillan akrabnya, menekuni menulis sejak tahun 2013 sampai sekarang. Sebuah karyanya, novel Love Fate, terbit di Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Saat ini aktif menulis bersama beberapa komunitas dan Indscript Creative

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jika Cinta pada Keluarga, Katakan Saja!

9 Februari 2022   23:46 Diperbarui: 9 Februari 2022   23:51 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mau ke mana pun pergi, tempat pulang itu di mana keluarga berada. (ilustrasi pribadi)

Cinta pada sang kekasih mudah diucap, sedangkan cinta pada keluarga seringnya lupa diungkap. 

Anda suka lupa pada orang terdekat di rumah? Lupa untuk bertanya bagaimana kabar mereka; abai empati pada perasaannya; perhatian penuh hanya pada media sosial; merasa tak perlu dekat dengan mereka karena toh, sudah ada di sini untuk Anda. Problematika keluarga yang sering terjadi. Jangan-jangan terjadi di keluarga saya dan Anda!

Kalau Anda belum berkeluarga, saya yakin ibu atau ayah Anda sampai saat ini masih suka risau kalau anaknya pulang dini hari. Kalau Anda sudah berkeluarga, coba tengok berapa lama anak Anda main games online hari ini atau sudah mandi apa belum pasangan Anda karena sibuk bekerja. Mungkin kebanyakan kita tahu kabar teman jauh di media sosial daripada orang di rumah.

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis kesan saya ketika menonton film Pertaruhan, atau At Stake dalam bahasa Inggris, ini. Saya sendiri tak sadar ada film ini padahal tertulis sudah diproduksi sejak tahun 2017. Kisahnya didominasi sudut pandang hubungan keluarga: hubungan ayah yang single father, serta kakak beradik piatu. Selesai menontonnya saya dibuatnya terpaku.


Saya terenyuh menonton film ini. Bukan hanya karena keempat kakak beradiknya macho dan ganteng, tetapi memang situasinya realistis banget. Saya yakin keadaan mereka itu banyak ditemui, tentunya dengan lika-liku masalah yang berbeda. Namun, hasil akhirnya akan sama, yaitu kehancuran dan penyesalan. 

Dan saya tidak mau jadi salah satunya.

Lalu apa kira-kira yang akan Anda rasakan setelah menonton film ini? 

Kalau mengharap sebuah kisah yang ideal dan harmonis, udah pasti bukan di film ini. Namun, di akhir kisahnya, saya justru jadi tersadar bahwa saya kurang terbuka, gengsi, atau suka lupa tunjukkan sayang pada keluarga.

Wajar sih, kalau film ini memang bukan ideal. Latar belakang tokohnya saja sudah orang tua tunggal dengan empat anak, lelaki semua. Menjadi orang tua tunggal tidak pernah mudah. Tentu saja! Bagaimana bisa menjalankan dua peran ayah dan ibu sekaligus jadi gampang? Apalagi kalau finasial pas-pasan. Sudah begitu, tokohnya juga bapak yang watak keras dan kaku. Semua anaknya yang sebenarnya baik jadi tidak bisa komunikasi dan memilih jalan hidup sendiri semaunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun