Mohon tunggu...
Sari Agustia
Sari Agustia Mohon Tunggu... Penulis - IRT, Penulis lepas

Tia, pangillan akrabnya, menekuni menulis sejak tahun 2013 sampai sekarang. Sebuah karyanya, novel Love Fate, terbit di Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Saat ini aktif menulis bersama beberapa komunitas dan Indscript Creative

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Produktivitas Ibu Rumah Tangga Nyaris Tanpa Materi

6 Desember 2021   19:14 Diperbarui: 7 Desember 2021   16:27 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu rumah tangga (Thinkstock/omgimages)

Merangkum dari sumber yang saya baca, produktivitas berasal dari dua kata, produksi dan aktivitas. 

Bisa disimpulkan, secara bahasa maka produktivitas bisa berarti serangkaian aktivitas yang memberi hasil berupa barang atau jasa. 

Produktivitas kemudian erat kaitannya dengan kemampuan berproduksi. Jika kaitannya dengan kegiatan ekonomi, semakin banyak output maka semakin besar produktivitasnya. 

Kemudian, pertanyaannya, bagaimana mengukur kerja produktivitas seorang ibu rumah tangga?

Beberapa hari lalu, saya melihat sebuah cuplikan podcast seorang artis cilik yang kini menjadi IRT, Tasya Kamila. 

Beliau berpendidikan sarjana strata dua, menikah tanpa sempat berkarir profesional di bidangnya, melahirkan putra, kemudian ikut suami yang sekarang bekerja ke luar negeri. 

Dengan latar belakang keartisan dan pendidikan yahudnya, banyak kemudian orang bertanya, "Kok mau sih, hanya jadi IRT?", Tasya punya jawabannya sendiri. 

Awal menikah, ibu saya pun pernah ditanya hal sama oleh teman-teman arisannya. Meski bukan selevel artis seperti Tasya, tetapi punya latar belakang pendidikan strata satu cumlaude pun mengelitik hati orang untuk kepo dengan pilihan saya ikut suami dan jadi ibu sepenuhnya. 

Tidak bisa dipungkiri, ada juga momen ingin bisa kumpul sepulang kantor nongkrong di kafe, makan siang di hari Jumat keliling mal ibu kota, ikut acara gathering di akhir pekan, atau dinas sambil "setitik" liburan. Hal santai itu memang mahal untuk pilihan yang saya ambil.

Zaman makin maju nyatanya masih ada stigma yang mengatakan seorang wanita cantik, berpendidikan, dan muda, harusnya punya karir di luar rumah. 

Pilihan menjadi ibu rumah tangga secara penuh adalah kesia-siaan bagi pendidikan yang dia sandang. 

Tidak bisa dipungkiri juga, keadaan Indonesia yang kurang lebih dijajah selama 360 tahun lamanya masih menyisakan paham feodalisme yang kental. 

Pilihan wanita harus bisa mengurus rumah tangga dan anak, melayani suami seutuhnya, dan berbakti pada keluarga adalah dianggap paling ideal bagi seorang perempuan. 

Kemampuan berpikir yang makin maju dengan stigma kelewat lawas yang kemudian melahirkan paham kontranya, feminisme salah satunya.

Berada di rumah dengan aktivitas yang cenderung monoton bisa membuat bosan. Berjibaku dengan urusan domestik, anak-anak aktif, mood swing suami yang pulang kerja, iuran lingkungan yang makin mahal, serta sederet kericuhan harian tak diduga sebenarnya perlu ketahanan mental yang luar biasa. 

Coba saja jika suami mau coba gantikan posisi para IRT ini, saya rasa tak banyak yang akan sanggup dalam jangka panjang. 

Untuk hal ini, secara kodratnya memang perempuan bisa lakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Untuk kemampuan itulah saya selalunya bersyukur menjadi perempuan. Pencapaian saya diukur dari sebagaimana rencana saya pada hari itu terlaksana dengan baik. 

Output saya bisa berupa banyak hal, mulai dari makanan terhidang di meja, peer anak selesai, anak les tepat waktu, iuran erte lunas pada waktunya, punya waktu nonton serial kesayangan, tuntas belanja bulanan, dan sebagainya.

Namun, ada masa di mana rencananya harian saya juga bisa juga kacau. Apa saja penyebab dan bagaimana menangganinya?

Sakit

Bagaimana pun kalau badan kurang kurang prima akan berimbas pada produktivitas. Tubuh akan meminta istirahat lebih banyak. Oleh karena itu, sebelum terjadi, saya berusaha menjaga kesehatan.

Banyak menunda tugas

Alasan ini adalah awal dari rasa malas. Lebih parah kalau sudah terselang aktivitas lain yang ternyata kurang manfaatnya. Kelamaan nonton, balas chat WhatsApp atau ngobrol di telepon bisa jadi sumbernya. 

Ciri-ciri aktivitas yang kurang manfaat adalah jika sudah terlalu dominan , lalu akan saya selali karena kemudian peer saya di rumah jadi numpuk.

Kurang perencanaan

Inilah kurangnya sigap menentukan prioritas. Bukan tak boleh bersenang-senang dan istirahat, tetapi kalau sudah terlalu durasi atau jumlahnya kemudian akan membuat yang lain tertunda.

Ukuran produktivitas seorang IRT itu nyaris tak biasa diukur dengan materi, tetapi jumlahnya disadari atau tidak sangat banyak. 

Impaknya pun bisa untuk jangka panjang yaitu insan-insan membanggakan penerus bangsa. 

Pada akhirnya, apa Anda setuju bahwa IRT masih tetap produktif?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun