Lain anak, lain zaman, lain juga cara belajarnya. Keadaan pandemi ternyata punya efek bagi kebiasaan belajar si anak bungsu, berusia taman kanak-kanak.Â
Saya yang biasanya tak ambil pusing apa yang dilakukan anak di TK-nya selama mereka senang, kemudian harus terjun langsung membersamai belajar via daring. Saya kemudian tersadar, oh, anak TK A sudah membaca, menulis, dan berhitung, toh!
Saya kemudian hanya bisa mengelus dada. Artinya, saya harus mulai jadi guru pendamping dia juga di samping kedua kakaknya.Â
Saya yang cukup familiar dan menyenangi matematika lebih condong mengenalkan anak ke arah angka dan berhitung. Namun, berhitung adalah tingkat lebih ahli lagi karena si bungsu ini belum hafal angka.Â
Saya putar otak juga bagaimana menemukan cara tepat supaya dia hafal cepat angka. Beruntung kemudian, saat bersamaan kedua kakaknya sedang asyik bermain kartu UNO.Â
Buat yang belum tahu kartu UNO, dalam satu tumpukannya ada gambar huruf dengan variasi empat warna. Aturan mainnya, setiap peserta mendapatkan tujuh buah kartu setelah diacak. Tugas mereka menggeluarkan kartu yang serasi dengan warna atau angka dengan kartu yang sudah ada di tengah permainan.Â
Jika tidak punya, dia harus ambil dari tumpukan 'galian'. Para pemain kartu Remi mungkin mengenal cara ini mirip dengan permainan Cangkulan.
Karena fokus pada angka, maka saya ajarkan si bungsu main UNO juga bersama kakak dan bapaknya. Lucunya dia tertarik. Awalnya sulit dan harus ditemani. Dia hanya fokus mengeluarkan kartu melihat angkanya sama. Setiap angka yang keluar disebutkan keras oleh pemain lain. Dia pun disuruh mengulangnya.Â
Di luar dugaan, dia pun jadi hafal dengan sendirinya saat di kelas daring. Dia pun akhirnya bisa bermain mandiri tanpa didampingi. Lebih serunya, kalau dulu dia hanya 'anak bawang' sekarang bisa jadi jagoan.Â
Dia menjelma jadi musuh yang layak diperhitungkan. Mainnya mereka tak lagi pura-pura, tetapi betulan bisa saling mengalahkan. Si bungsu akhirnya bisa berstrategi dengan baik dan jadi pemenang, bukan sekedar pemberian.Â
Misi pertama mengenalkan literasi numerasi, mengenal angka sebagai awalnya, komplit. Saya lega dan dia pun masih bahagia. Namun, tentunya kerja belum selesai. Ini baru satu cara saja dan mudah untuk diadaptasi. Semoga bermanfaat.