Saya benar-benar tertegun ketika mengetahui kalau mengelola sampah rumah tangga adalah sangat rumit.Â
Pengelolaan sampah pribadi dengan cara memilah sampah baru saya kenal ketika pada tahun 2013 tinggal di Aachen, Jerman. Di sana, kami diwajibkan memilah sampah organik, kering, dan kertas.Â
Ada tempat sampah khusus untuk tiga macam sampah tersebut. Unik dan sangat berkomitmen, pemerintah menyediakan plastik khusus untuk sampah kering, yang berupa plastik bekas makan dan stereofom, berwarna kuning.Â
Plastik tadi secara berkala kami bisa ambil gratis di balai kota. Untuk botol plastik ada sebuah mesin penghancur botol yang terletak di supermarket. Sejak itulah, keluarga saya terbiasa memilah sampah ke dalam kategori-kategori tadi.
Pulang ke Indonesia, meski masih rajin memilah, sayangnya saya membuang hasil pilahan ke dalam satu bak sampah besar di depan rumah yang dikelola oleh pemerintah kota (pemkot).Â
Sedih sih, tapi saya tak bisa berbuat apa-apa. Ada tempat sampah organik yang disediakan pemkot tapi hanya satu buah per RT. Anehnya, RT saya tidak kebagian tempat sampah tersebut meski sudah pernah saya minta.Â
Akhirnya pun saya hanya bisa pasrah dengan fasilitas yang ada. Plastik-plastik bersih sisa makanan dan minuman kemasan, kertas sisa belajar anak, baju, dan mainan bekas, saya kumpulkan dan berikan ke tukang loak langganan.Â
Tanggal 5 Juni 2021 diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Dari salah satu grup akhirnya justru saya tahu bahwa banyak juga teman yang sudah melakukan pilah sampah mandiri dan mendistribusikannya ke pihak pengelola sampah swasta.Â
Saya benar-benar dibuat terkesima! Bukan main sampah dipilah dengan sangat rapi dan ragamnya.Â