Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu Pernah di Sana, Nak

26 September 2019   14:15 Diperbarui: 26 September 2019   14:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pernah ada,

Di sana, kala darah semanis anggur yang diperas dengan irikan

Di sana, kala dada adalah tumpuan sepatu aparat

Di sana, kala seteguk air dari mulut kawan adalah penyambung nyawa

Di sana, kala jiwa dibakar gelora untuk berubah

Semua berbeda, Nak!

Kala mataku mulai menua
Kala nalarku mulai menua
Kala hatiku mulai menua

Semua berbeda, Nak!

Tapi kuizinkan kau nikmati saatsaat darahmu mendidih

Tapi kurestui kau sentuh jalanan yang kau namai perjuangan

Agar kelak kau dapat berkisah, tentang semangat yang kau punya

Lalu jika malam mulai datang

Pulanglah, Nak!

Pulang dan menyusu pada dada ibumu

Dan dengarkan, ibu bercerita kisah dua puluh tahun lalu, saat jalanan Semanggi merampas setengah penglihatan ibu

#poeds 250919

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun