Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[KSA] Elegi Mutiara Tak Diharap

13 Juli 2019   11:49 Diperbarui: 13 Juli 2019   12:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau hanya pasrah saat satu persatu tubuhmu terenggut jari keriput milik Dhian.

"Gusti, bocah ini main kemana sih?" gerutu perempuan bergamis ungu tanpa gincu dan celana biru.

"Heeeeh, heeeeh, ndas siji kok isine lingsa kabeh!" gerutu Dhian seraya mengetok kepala Memey.

Jari tangan penuh dengan cincin pemberian Dahlina itu, menekan tubuhmu dengan gemas.  Menggilas di antara kedua kuku berkutek emas, gemas.

"Apa salahku?" tanyamu pilu.

Kau memang tak bersalah. Namun, kau patut dipersalahkan atas musibah di rumah Dhian. Sepasang orang tuamu mendarat di kemeja tamu, membuat malu

Terima saja nasibmu, sebentar lagi senandung tidak merdu mengalun dari bibir perempuan itu.

"Klomenok, klomenok, mbasmi tuma sak endog- endoge!"

120719

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun