Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anandya dan Anindya

28 Mei 2019   20:52 Diperbarui: 28 Mei 2019   21:05 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sah!" jawab para saksi.

"Tidak sah!" pekik seorang perempuan dari luar.

Desi datang dengan gadis yang mirip sekali dengan Anindya.

"Tidak sah! Karena yang duduk di sana adalah Dya. Anandya bukan Anindya. Satu lagi Dya itu anak saya, begitu pula Anin. Sastro bukan ayah kandung Anin jadi sesuai agama dia tidak berhak menjadi wali bagi anakku!" ujar Desi.

"Ayo, pulang!" ajaknya pada gadis dengan riasan pengantin di hadapannya.

Saat bertemu dengan Bu Sastro, Desi memeluk erat perempuan itu.

"Terima kasih sudah memberitahuku tentang keberadaan Anin. Aku pikir kau sudah melupakan aku perempuan hina ini."

"Kau sahabatku, Des. Aku masih Weni, perempuan yang juga sama pernah menjadi penghibur di lokalisasi. Anakmu sudah pulang, kalau bisa tinggalkan pekerjaanmu." ucap Bu Sastro seraya memeluk erat sahabatnya.

#poeds 210119

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun