Desi bukanlah perempuan seperti yang dia bayangkan. Ibunya itu sangat cantik, harum badannya menguar. Anin merasa seperti alien di tengah ruangan yang begitu megah.
"Kau datang setelah dua puluh tahun. Ada apa?" tanya Desi.
Anin mengangsurkan bungkusan yang dia terima dari ibunya di desa. Desi membuka bungkusan itu, membaca pesan pada secarik kertas dan menatap Anin dengan mata penuh air.
"Ternyata nasib kita sama, Nak. Aku dijual ayahku sebagai ganti sebidang sawah. Akan tetapi hal itu tak akan terjadi padamu. Kita akan beri pelajaran ayahmu itu!"
***
Dua bulan berselang seorang gadis muda turun dari angkudes di depan rumah Pak Sastro. Â Dia memasuki rumah tanpa mengetuk pintu, langkahnya mantap menuju kamar Pak Sastro.
''Pak, aku pulang! Aku siap dikawinkan!"
Pak Sastro yang sedang tidur bangun dengan tak percaya. Putri yang kabur selama dua bulan pulang dan menyatakan siap menikahi juragan Aryo.
Tidak sampai sepekan persiapan pernikahan, mereka siap menggelar akad nikah. Penghulu yang menikahkan menanyakan syarat-syarat yang wajib dipenuhi dalam pernikahan. Setelah semua dinyatakan ada akad pun berlangsung.
***
"Saya terima nikah dn kawinnya Anindya binti Sastro dengan mas kawin tersebut, tunai!" Aryo mengucapkan ijab kabul dengan mantap. Senyumnya mengembang, obsesinya mendapat perawan bunga desa terpenuhi.
"Sah?" tanya penghulu.