Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anandya dan Anindya

28 Mei 2019   20:52 Diperbarui: 28 Mei 2019   21:05 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kau harus berkorban, Nin!" pekik Pak Sastro pada Anin putri tunggalnya.

Bu Sastro hanya menundukkan kepala. Hatinya memberontak tapi tak mampu membantah kemauan suaminya. Anindya putrinya dipaksa menikah dengan juragan tembakau desa sebelah. Menjadi istri Juragan Aryo adalah impian semua perempuan di kecamatan ini. Namun bagi Anin dan ibunya hal itu adalah pukulan telak, tanda kemiskinan menahun mulai menggerus akal sehat.

Ibu dan anak itu hanya dapat menangis dalam hati. Seluruh cita-cita Anin luruh karena keserakahan ayahnya. Keduanya masih terdiam saat Pak Sastro melangkah pergi meninggalkan rumah.

***
Malam sudah larut, Bu Sastro mengetuk pintu kamar putrinya. Tangannya menggenggam sebuah bungkusan kecil. Anin yang membuka pintu segera didorong masuk, kemudian Bu Sastro mengunci pintu di belakangnya.

"Kamu harus pergi!" perintah Bu Sastro tegas.

Anin yang belum sadar sepenuhnya terhenyak. Ibu tega mengusirnya. Gadis dua puluh tahun itu meneteskan air mata, hatinya sungguh terluka.

"Apa salah Anin, Bu?"

Perempuan tua itu menyusut sudut matanya, "Kau tidak bersalah. Tapi kau harus tahu sebuah rahasia. Ayahmu tidak berhak menjadi wali nikah bagimu, kamu bukan anak kami."

Anin tersentak mendengar sesuatu yang tak pernah terlintas dalam benaknya. Dengan cepat Bu Sastro menjelaskan duduk perkaranya. Lalu menjejalkan bungkusan di tangannya ke dalam genggaman Anin.

"Besok, sebelum ayahmu bangun, kau harus sudah pergi dari sini. Temui ibu kandungmu dan minta perlindungan darinya!"

***
Memasuki kompleks perumahan sesuai alamat yang ditulis ibunya membuat Anin gamang. Beberapa lelaki menatapnya seolah dia daging mentah yang siap disantap gerombolan serigala. Setelah dua kali bertanya, akhirnya Anin bertemu dengan Desi, ibu kandungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun