Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Sekar] Aku Tahu yang Kau Lakukan

28 Oktober 2017   21:24 Diperbarui: 28 Oktober 2017   22:26 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rina menyisir rambut panjang Sekar anaknya, mengikatnya jadi satu ke belakang. Sekar putri satu-satunya sebenarnya sudah berusia delapan belas tahun, tapi akal pikirannya berhenti dan bertingkah seperti anak lima tahunan. Padahal saat lahir hingga berusia lima tahun Sekar adalah anak yang normal, bahkan cenderung hiperaktif. Tapi semua berbalik seratus delapan puluh derajat sejak Ardi suaminya meninggal karena tersengat listrik saat mengecek aliran air.

"Jangan lupa makan ya, Nak! Emak sudah siapkan nasi dan lauk di lemari dapur. Hari ini Emak berangkat lebih pagi, sawah pak Harno panen pagi ini, nanti Emak juga mau cari rumput buat sapinya pak Lurah. Jangan main jauh-jauh ya, Nak! Desa kita lagi rawan!" pesan Rina pada Sekar sambil merapikan rambut anaknya sekali lagi.

Memang desa Sawit akhir-akhir ini sedang mengalami guncangan. Terjadi pembunuhan berantai yang menimpa beberapa penduduk sekitar desa. Korban biasanya ditemukan di tengah sawah atau di kali yang mengalir di utara desa. Yang menjadi pertanyaan, para korban adalah tokoh desa yang terkenal baik hati dan dermawan. Polisi yang mengusut juga dibuat bingung dengan kasus dari desa Sawit ini.

Rina berangkat ke sawah pak Harno, di sepedanya tergantung sebotol air putih. Kalau untuk makan siang sudah dijamin yang empunya sawah. Hari masih pagi tapi sawah sudah ramai dengan pekerja lepas. Masa panen  adalah masa-masa uang mengalir cepat ke dompet Rina. Kalau hanya mengandalkan orang meminta bantuan tenaganya, Rina tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya.

"Ayo, Rin cepat! Gek di sendhekke pitmu kuwi" seru mbak Yatmi yang duluan datang.

 "Ya, Mbak! Sebentar aku nyopot rok dulu!" sahut Rina. Setelah mengganti rok dengan celana sedengkul.

Perempuan berusia tiga puluh tujuh itu masuk ke sawah dan mulai memanen padi yang sudah menguning. Pekerja lepas di sawah kebanyakan perempuan yang bekerja dari pagi sampai lepas dzuhur, dengan upah tiga puluh lima ribu di tambah makan siang dan sebojog gabah basah. Sebojog adalah hitungan untuk delapan liter gabah. Mereka bekerja dengan cepat, jam sepuluh lebih panen sudah selesai tinggal merontokkan batang padi.

Setelah selesai pekerjaan di sawah pak Harno, sesuai rencana Rina memanfaatkan sisa waktunya mencari rumput untuk sapi pak Lurah. Waktu dia menaruh karung rumput di kandang belakang rumah pak Lurah, Rina mendengar suara tangis dari dalam rumah. Dengan berjingkat-jingkat Rina mendekati jendela yang terbuka ke arah belakang rumah dan mencari tahu apa yang terjadi. Betapa kagetnya dia saat tahu pak Lurah ditemukan meninggal di jalan menuju kantor kelurahan.

Tak berapa lama warga Desa Sawit berkumpul untuk melayat pak Lurah. Seperti kebiasaan di desa kalau ada kesusahan atau kematian beritanya menyebar dengan cepat. Desas-desus yang terdengar, Pak Lurah meninggal dengan leher digorok. Sama seperti enam korban sebelumnya, modus kali ini pun sama. Polisi yang dipanggil hanya bisa mencatat dan menggedikkan bahu saat ditanyai soal pelaku pembunuhan.

Keluarga Pak Lurah menolak melakukan otopsi karena merasa tidak yakin hal itu akan membantu mengungkap pelaku kejahatan. Beberapa orang yang dimintai keterangan juga tidak bisa menjawab dengan tegas, hanya menduga-duga saja. Pemakaman dilaksanakan sore hari itu juga dan malamnya akan diadakan tahlil untuk mengenang Pak Lurah. Karena dibutuhkan tenaganya, Rina diminta membantu sampai malam.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun