Yuli mengernyitkan kening, dia heran mengapa perempuan yang hampir tak pernah bertegur sapa ini menanyakan hal itu. Lagi-lagi Mbah Sugi tersenyum, dia menyeruput teh yang disediakan.
"Kamu mencium bau bacin nggak, Nduk? Maksudku bau anyir seperti darah haid?" tanyanya lagi
"Bagaimana Mbah bisa tahu? Siapa sebenarnya Simbah?" Yuli balik bertanya.
Mbah Sugi tertawa terkekeh, suaranya menyeramkan mirip seperti kaokan burung gagak.
"Kamu akan tahu malam ini, sekarang Kamis Legi wuku Shinta, tepat dua tahun dia pergi. Terima kasih tehnya Nduk, yang sabar ya!" jawab Mbah Sugi, tanpa penjelasan lebih lanjut perempuan tua itu meninggalkan Yuli yang terpaku dengan wajah pias.
(bersambung)
#poeds