Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[SBB] Purple Rain

25 Oktober 2016   15:34 Diperbarui: 25 Oktober 2016   15:54 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berhari - hari aku berdiam diri dikamar, aku tidak tau kesakitan yang mana sedang kutangisi, atau aku sedang menangisi kesepianku. Dia menyuruhku memakinya, tapi bagaimana bisa ?. Aku mencintainya dengan kesungguhanku. 

Aku gontai menyusuri jalan  di lintas selatan yang lengang pada siang hari. Motor kupacu sekenanya saja. Aku sedang butuh teman bicara, aku sedang butuh dikuatkan, tapi rasanya aku tidak sanggup menutur cerita. 

Panas terik perlahan berubah muram oleh mendung, satu - satu gerimis kian deras, kubiarkan tubuhku kuyup oleh hujan. Aku meraung menangis sepuasnya mengadu pada hujan. Seperti pengaduan anak ke ibunya atas kesedihannya. 

Aku berharap musim hujan lebih panjang, hujan yang membasuh linangan air mataku, saat tidak ada tangan tulus yang sanggup melakukannya. Hujan yang menyamarkan suara tangisku. Hujan yang setia mendengar tutur kesedihanku. Hujan yang di kirim Tuhan untuk mengiring doa - doaku.

 

#minan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun