Berhari - hari aku berdiam diri dikamar, aku tidak tau kesakitan yang mana sedang kutangisi, atau aku sedang menangisi kesepianku. Dia menyuruhku memakinya, tapi bagaimana bisa ?. Aku mencintainya dengan kesungguhanku.Â
Aku gontai menyusuri jalan  di lintas selatan yang lengang pada siang hari. Motor kupacu sekenanya saja. Aku sedang butuh teman bicara, aku sedang butuh dikuatkan, tapi rasanya aku tidak sanggup menutur cerita.Â
Panas terik perlahan berubah muram oleh mendung, satu - satu gerimis kian deras, kubiarkan tubuhku kuyup oleh hujan. Aku meraung menangis sepuasnya mengadu pada hujan. Seperti pengaduan anak ke ibunya atas kesedihannya.Â
Aku berharap musim hujan lebih panjang, hujan yang membasuh linangan air mataku, saat tidak ada tangan tulus yang sanggup melakukannya. Hujan yang menyamarkan suara tangisku. Hujan yang setia mendengar tutur kesedihanku. Hujan yang di kirim Tuhan untuk mengiring doa - doaku.
Â
#minan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H