Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Soto Seruni

27 September 2016   21:32 Diperbarui: 28 September 2016   10:30 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adi menjerit tertahan, mengagetkan Wanti yang sibuk meracik bumbu. "Ada apa Mas?" tanya Wanti menyeringai. "Itu.. Itu.. Itu..??" Adi tergagap sambil menunjuk benda di atas talenan. Wanti tertawa terbahak seperti kesurupan, " Kenapa Mas? Kaget? Inilah aku Mas, perempuan yang kau tiduri semalam! Hei.. Mau kemana kamu Mas?" teriak Wanti saat melihat Adi berusaha melarikan diri karena ketakutan.

Dengan sigap Wanti mencekal lengan Adi, dan menempelkan pisau bekasemotong tulang ke leher Adi. Dia menyeret dan mengikat Adi ke tiang di belakang rumahnya. Adi pun ditelanjangi dan di hadapkan ke arah padasan yang kamaren sore hendak di dekati Adi.

"Ada apa denganmu Ti?" tanya Adi dengan suara tertahan. " Kau tahu aku mencintaimu, bukan hanya kamu, aku juga sayang anakmu Ti!"

"Omong kosong!!" suara Wanti lantang memekakkan kuping. "Semua laki-laki itu bajingan, tidak kau tidak juga suamiku! Kau mau tahu? Suamiku tidak minggat dia mati di tanganku karena aku memergoki dia menindih Arum disana! Buka matamu Mas! Disana, di padasan batu itu! Kalau saja dia hanya selingkuh dan mencecerkan sperma pada semua wanita yang ditemuinya aku tidak akan sakit hati. Kau tahu? Dia menyekap Seruniku dalam padasan itu, padasan yang penuh air itu! Menutupnya dan memakai padasan itu untuk alas dia berzinah! Anakku mati lemas dalam padasan itu Mas? Seruniku mati! Jadi salahkah aku membunuh dua bangsat itu? Tidak!! Aku membunuh mereka dan memasaknya menjadi soto yang kau makan setiap hari. Tulang yang kau lihat tadi memang tulang paha Arum yang kusimpan di freezer. Lalu kenapa Mas? Kamu takut?" cerca Wanti tanpa memberi kesempatan Adi menjawab.

Keringat dingin mengalir di sekujur tubuh Adi, mulutnya kelu dan hanya mampu melenguh saja. " Karena kau sudah tahu rahasiaku, kau akan mengalami hal yang sama dengan dua bangsat itu! Kau pikir aku mencintaimu? Tidak! Aku benci semua lelaki! Bersiaplah sebentar lagi kau bertemu dengan sesama penjahat kelamin!" seru Wanti sambil mengayunkan pisau daging tepat di leher Adi.
***

"Sudah bangun kau Run? Sebentar, ibu masih membereskan kulkas kita! Persediaan daging untuk sebulan ke depan sudah ada Nak! Tenanglah sebentar lagi ibu menengokmu!" kata Wanti dari dapur pada Seruni yang berdiri di ambang pintu.

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Fiksi Horor dan Misteri Grup Fiksiana Community

#poeds 270916[caption caption="Fiksi horor dan misteri"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun