Mohon tunggu...
Sari Yunitharatna
Sari Yunitharatna Mohon Tunggu... Guru - Guru Mata Pelajaran IPA

Bersyukur adalah kunci hidup yang paling utama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 1.1 "Menuntun untuk Mencapai Bahagia"

30 Maret 2024   11:46 Diperbarui: 30 Maret 2024   11:48 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

   

Selanjutnya pada tanggal 25 Maret 2024 CGP diminta membuat demonstrasi kontekstual dalam bentuk karya yang di unggah pada akun LMS. pada hari berikutnya tanggal 26 Maret 2024 CGP se-Provinsi  melakukan kegiatan Elaborasi Pemahaman, CGP dijelaskan pemahaman secara mendalam tentang Konsep Dasar Pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan pendidikan Abad 21. Dalam kegiatan tersebut, instruktur yang memimpin kegiatan ini adalah bapak Nugroho Widi Pamungkas. Ada banyak hal menarik dalam kegiatan ini. CGP diminta membuat pertanyaan dan akan dibahas bersama dalam diskusi. Di akhir kegiatan CGP diminta untuk melakukan refleksi dan penilaian terhadap kegiatan tersebut.

Di akhir modul 1.1 CGP melakukan aksi nyata yang akan dijadikan pedoman untuk membuat aksinyata pada modul 1.4 nantinya. Dengan terbitnya refleksi ini maka berakhirlah tugas akhir pada modul 1.1 mengenai filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dan akan dilanjutkan pada kegiatan modul 1.2 mengenai nilai-nilai dan peran guru penggerak.

Feeling (Perasaan)

Pada saat awal saya dinyatakan lulus dan dapat mengikuti Pendidikan guru penggerak, tentu saja saya merasa bangga, karena tidak semua orang memiliki kesempatan seperti yang saya alami. Namun, di balik itu ada perasaan khawatir dan cemas. Cemas apakah saya mampu menyelesaikan kegiatan ini dengan baik dan sempurna. Perasaan tersebut dilatar belakangi karena mengingat kegiatan yang berlangsung cukup lama dan kegiatan yang padat tentunya begitu banyak menyita waktu. Saya sebagai pendidik dan juga sebagai seorang ibu tentu saja harus pandai membagi waktu antara anak, pekerjaan, tugas tambahan di sekolah dan Pendidikan guru penggerak. Namun, setelah lebih kurang saya mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada, saya sangat bersyukur karena keluarga, atasan dan rekan sejawat sangat mendukung kegiatan ini. Sehingga membuat saya untuk lebih bersemangat mengikuti rangkaian kegiatan yang ada dan yakin bahwasannya saya mampu untuk mnyelesaikan kegiattan guru penggerak dengan baik.

Agar dapat mengikuti rangkaian kegiatan yang ada pada pendidikan guru penggerak, saya selalu berusaha untuk menjaga kesehatan, berdoa kepada Allah SWT agar di beri kelancaran, dan kemudahan dalam menjalankan tugas sebagai seorang ibu, sebagai guru, ataupun sebagai calon guru penggerak.

Pembelajaran pada modul 1.1 membuat pikiran saya terbuka, bahwa peran guru hanyalah menuntun. Saya tidak perlu mengatur anak untuk jadi sepeti apa. Anak tersebut sudah memiliki kodratnya akan menjadi seperti apa dia. Diibaratkan benih jagung tidak akan jadi tanaman padi. Kita hanya perlu menyingkirkan hama yang ada disekitarnya dengan menanamkan nilai-nilai luhur, sehingga anak dapat tumbuh dan bahagia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Finding (Pembelajaran)

Dari pembelajaran modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara saya  menemukan hal-hal baru yang sebelumya kurang saya pahami. Saya mendapatkan ilmu-ilmu baru yang bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi mengajar saya sebagai guru.

Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani. Sebagai guru saya harus bisa menjadi contoh yang baik, pemberi semangat dan memberikan dorongan agar murid dapat mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dalam menuntun kita perlu beradaptasi terhadap kodrat alam dan kodrat zaman. Karena kebutuhan belajar di tiap daerah berbeda. Meskipun begitu peserta didik juga harus dapat bersaing secara global, sehingga kita perlu beradaptasi mengikuti perkembangan zaman yang ada. Semua itu dilakukan dengan tidak meinggalkan nilai-nilai luhur yang ada pada budaya setempat. Nilai-nilai luhur budaya dijadikan sebagai pedoman dan batasan agar karakter yang berkembang sesuai dengan ajaran dan budaya Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun