Mohon tunggu...
Sari Rachmatika
Sari Rachmatika Mohon Tunggu... -

twenty-something dan tengah belajar membagi waktu antara tugas akhir dan organisasi. kenal saya lebih jauh dari tulisan saya di blog saya yang lain

Selanjutnya

Tutup

Money

From Compost With Love: Berdayakan Rumah Tangga

27 Februari 2010   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:42 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_624" align="alignleft" width="300" caption="mahasiswa saat memperkenalkan komposter"][/caption] Think Global, Act Local. Ungkapan itu rupanya mengilhami mahasiswa/i D3 Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk melakukan aksi nyata untuk lingkungan (03/05/09). Dengan tajuk From Compost With Love, pihak panitiamenyampaikan bentuk kepedulian dan kecintaan terhadap bumi yang diwujudkan dalam suatu kegiatan penyuluhan komposter untuk rumah tangga. "Sampah non-organik mampu diolah dengan recycle atau reuse. Namun, kita juga harus memberikan perhatian pada pengolahan sampah organik di level rumah tangga. Karena jika tidak ditangani, tumpukan sampah ini akan sangat mengganggu dan menjadi masalah besar," ungkap Friska R., penanggung jawab acara. Di Surabaya sendiri program pengolahan sampah organik dengan komposter telah marak disosialisasikan. Namun sosialisasi yang ada belum menjangkau desa-desa kecil di pinggiran kota. Hal itu menyebabkan belum banyak warga yang menerapkan komposter untuk mengolah sampah di rumah masing-masing. Karena itu, panitia memilih sebuah desa di wilayah Keputih sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan. Desa ini dipilih karena selain warganya belum mengetahui cara-cara pengolahan sampah organik, warga desa juga memiliki kebun sayuran. Sehingga, sisa sayuran dan sampah organik menjadi sumber limbah rumah tangga terbesar di desa tersebut. [caption id="attachment_625" align="alignright" width="300" caption="tong komposter yang telah berisi sampah"]

[/caption] Kegiatan penyuluhan berlangsung dari pagi sampai tengah hari. Para warga desa dengan antusias mengikuti rangkaian acara yang ada. Di awal acara, warga menerima penjelasan tentang pentingnya memilah sampah -- organik dan non-organik. Penyuluh juga menjelaskan, sampah organik yang dapat digunakan untuk membuat kompos tidak hanya dapat diperoleh dari sisa-sisa sayuran/buah-buahan. Namun sekam padi, daun-daunan, juga tulang sisa makanan pun dapat dipakai. Kemudian, mahasiswa/i penyuluh menjelaskan tentang alat pengolah sampah (komposter) dan proses pengolahan sampah. Penyuluh menjelaskan bahwa dengan komposter,warga desa akan menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah. Warga pun dapat mengurangi volume/ukuran limbah, juga mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah. Apalagi karena kompos yang dihasilkan dapat meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen). Setelah selesai menjelaskan dasar-dasar pengolahan sampah dengan menggunakan komposter, penyuluh mengajak warga untuk mempraktekkan materi secara langsung. Praktek dilakukan di tanah lapang yang ada di tengah desa. Pertama, warga desa dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok akan ditemani oleh satu panitia untuk memperlancar jalannya praktek. Lalu, warga mulai memilah sampah organik dan non-organik. Warga memasukkan sampah-sampah yang telah dipisahkan ke dalam tong-tong komposter yang telah disediakan oleh panitia. Panitia di tiap-tiap kelompok membantu warga memilah sampah. [caption id="attachment_630" align="alignleft" width="300" caption="penambahan bakteri EM4"]
[/caption] "Komposter yang dipakai terbuat dari tong, sehingga tidak memakan lahan yang luas. Jika tidak mampu membeli, komposter ini dapat dibuat dengan mudah," kata Genta Arias, ketua panitia. Masih menurut ketua panitia, proses pengolahan sampah yang benar tidak akan menciptakan belatung di tong komposter. Selain itu, kompos yang dihasilkan juga tidak akan berbau. Selanjutnya, panitia pada tiap kelompok menambahkan cairan kimia (larutan bakteri EM4) yang berguna untuk mempercepat proses pembusukan. Cairan ini dapat diperoleh di toko bahan kimia. Warga begitu serius memperhatikan panitia. Sesekali, terjadi tanya jawab dan senda gurau diantara warga desa dan panitia. Setelah sampah dan larutan kimia teraduk rata, komposter pun ditutup. Selanjutnya, setiap bulan warga harus membuka komposter dan mengaduk sampahnya untuk memperlancar sirkulasi udara. Warga mengikuti kegiatan praktek dengan tertib. "Aksi lokal pada level rumah tangga tersebut merupakan aksi yang paling efektif untuk mengatasi permasalahan lingkungan, terutama sampah. Bagaimana pun juga, permasalahan lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua." kata Genta saat menutup acara. tulisan juga dapat dibaca di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun