Seperti kebanyakan orang tua, banyak dari mereka yang punya ekspetasi yang cukup tinggi. Pak Domu ingin anak pertamanya menikah dengan gadis suku Batak, anak kedua yang perempuan harus menjadi anggota PNS, Anak Ketiga harus menjadi pengacar, dan anak terakhir harus mengurus orang tua dan mewarisi rumah mereka.Â
Namun yang menuruti mereka hanya anak perempuan mereka. Anak pertama akan menikah dengan gadis dari suku Sunda, anak ketiga justru menjadi pelawak, serta anak terakhir yang memilih tinggal di Jawa dan mengurusi orang lain.Â
Konflik mulai mencuat saat Bu Domu menelpon dan menyuruh mereka untuk pulang. Pak Domu dan Bu Domu ingin mereka pulang dikarenakan mereka akan melakukan pesta Adat Batak untuk Opung (nenek) mereka.
Orang tua mereka terpaksa berbohong untuk bertengkar dan akan cerai agar mereka bisa pulang. Disaat mereka telah pulang, mereka terus melanjutkan kebohongan mereka sampai pesta adat mereka selesai.Â
Setelah acara adat selesai, Pak Domu mulai mengatakan bahwa Pak Domu tidak setuju dengan pilihan anak-anaknya. Namun anak-anaknya justru memilih teguh terhadap pilihan mereka.Â
Konflik pun pecah. Bu Domu terpaksa pulang bersama anak perempuannya ke rumah orang tuanya dan yang laki-laki kembali ke Jawa. Dan disinilah Pak Domu sadar untuk menurunkan egonya dan membawa kembali anak-anaknya.Â
Akhir dari film ini Pak Domu meminta maaf kepada istri, anak-anaknya, beserta keluarga besarnya. Pak Domu juga berhasil membawa anak-anaknya pulang dan kembali makan bersama.Â
Dari film ini kita bisa melihat bagaimana kondisi keluarga yang punya persepsi yang berbeda-beda hampir bubar karena ego. Hampir setiap keluarga juga mempunyai masalah seperti ini.Â
Setiap orang tua mempunyai harapan yang besar kepada anak-anaknya. Cinta dan kasih sayang itulah yang diberikan kepada anak-anaknya. Begitu pula dengan anak-anaknya yang berusaha mengangkat derajat orang tuanya.Â
Hanya permasalahan ego dan komunikasilah yang terkadang menjadi akar permasalahan. Dalam keluarga punya persepsi yang berbeda. Namun ego yang tak bisa dikendalikan yang justru keluarga menjadi pecah.Â