Ojek Online atau yang biasa orang awam sebut Ojol. Yah, profesi itulah yang saya tekuni beberapa bulan ini. Tulisan ini bukan seputar histori ojek online, film, ataupun humaniora. Namun lebih pada cerita pengalaman saya dalam bekerja. Walaupun sedikit melenceng dari kebiasaan saya dan terkesan tidak penting, saya akan sedikit berdongeng tentang suka duka menjadi ojol. Dongeng ini juga akan sedikit memberi wawasan teman-teman tentang ojek online.
Alasannya menjadi ojol pun sederhana,yaitu uang. Walaupun saya suka menulis dan membaca, uang menjadi kebutuhan pokok yang mutlak dizaman modern ini. Kompasiana sebenarnya sudah memfasilitasi penulis lepas untuk bisa menghasilkan uang melalui tulisan. Namun faktanya uang yang saya dapatkan sangatlah sedikit. Hasil dari tulisan saya saja tak cukup untuk membeli rokok.Â
Alhasil saya menjadikan kompasiana sebagai tempat saya meluangkan isi pikiran saja, tak lebih dari itu. Saat saya memulai menulis di kompasiana, teman saya yang terlebih dahulu di kompasiana mengingatkan saya bahwa:
 "Jangan pernah mencari duit di kompasiana. Jika kamu beramsumsi menulis di kompasiana untuk mendapat uang, kamu akan kecewa. Kamu harus punya pegangan dalam mencari duit. Setelah dapat penghasilan utama, kerjakanlah hobimu".Â
Cukup mengenaskan dan itu terjadi pada diri saya pada saat ini. Setelah lulus kuliah pada akhir tahun 2021, saya berusaha mencari pekerjaan ditempat kelahiran dan tempat saya dibesarkan, Kota Sangatta, Kalimantan Timur. Mau bagaimana lagi, saya kembali ke kota saya karena pekerjaan di Pulau Jawa sangat sulit. Bagaimana tidak, lebih dari setengah penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa dan saya lulusan salah satu universitas di Pulai Jawa.Â
Layaknya sinetron, saya akhirnya mengerti betapa susahnya mencari pekerjaan. Jadi bukan hanya di Jawa saja, di Kalimantan saja sulit. Apalagi setiap perusahaan mempunyai syarat dan kriteria masuk yang berbeda. Â Dikala sulitnya mencari pekerjaan, saya merenung betapa konyolnya hidup ini. Ada sedikit rasa penyesalan karena pada saat kuliah, saya sempat membuang-buang waktu saya untuk sesuatu yang tak penting, yaitu nongkrong dan foya-foya.
Walaupun penyesalan datang terlambat, waktu terus berjalan dan saya harus mempergunakan waktu sebaik mungkin. Pada bulan agustus tahun 2022, saya melihat sebuah iklan ojek online yang tak perlu disebutkan nama perusahaannya. Awalnya saya berpikir "Semenjak kapan kota ini ada ojek online?"Â
Setelah mencari info tentang ojek online tersebut, rupanya perusahaan ini baru hadir beberapa bulan terakhir. Wajar saja saya berpikir seperti itu karena kota Sangatta termasuk kota kecil dan hanya sedikit perusahaan besar ada disana.
Pada awal bulan september saya lulus seleksi dan bisa memulai pekerjaan saya sebagai driver ojek online sampai saat ini. Sekedar info, pengemudi ojek online ini disebut driver. Pendapatan saya sebagai driver tak seberapa jika dibandingkan teman-teman saya yang bekerja diperusahaan kota saya. Walaupun begitu, hasil kerja driver online juga termasuk dalam kategori cukup dibandingkan harus menganggur dan menunggu panggilan kerja. Karena hal itulah saya jarang menulis dikompasiana.
Sembari menunggu panggilan kerja diperusahaan, menjadi driver ojek online untuk menghimpun uang untuk bisa berdagang suatu saat nanti. Saya berpikir seperti itu karena menjadi driver ojek online bukanlah pekerjaan tetap. Selain menambah penghasilan, driver ojek juga bisa dijadikan pengalaman dan menambah relasi sosial. Relasi dalam artian cerita pengalaman seseorang dapat menjadi langkah kita untuk menentukan tujuan kita selanjutnya.Â
Selama menjadi driver ojol, banyak cerita dan pengalaman yang saya dapatkan. Mulai dari bisa bercengkrama sesama driver, ngopi bareng, rebutan pelanggan, bahkan kejadian yang membuat naik pitam pun ada. Saya sempat berpikir pelanggan menjahili driver hanya ada di pulau Jawa. Namun kenyataannya tidak begitu. Mau  itu di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, atau tempat lain yang terdapat aplikasi ojek online pasti ada saja pelanggan yang jahilnya bukan main.
Sempat beberapa kali saya mendapatkan pesanan, namun pada saat diperjalanan pesanan dibatalkan. Dibatalkannya pesanan karena beberapa faktor. Ada yang karena salah pesan, tidak sengaja pesan karena tidak tahu cara pakai aplikasi, ada yang karena terlambat, dan sejumlah manusia-manusia yang iseng yang niat menjahili driver. Namun ada kasus yang lebih parah dan dialami oleh teman saya.Â
Teman saya sempat sial karena dapat pesanan makanan seharga 190 ribu. Saat ia akan membawa makanannya, pesanan pun dibatalkan. Parahnya ketika diterusi alamat pelanggan, alamatnya fiktif. Pada akhirnya, ia merugi 190 ribu dan pesananannya dibagikan kepada teman-temannya. Walaupun saya belum pernah mengalami kejadian yang dialaminya, saya juga ikutan ngomel terhadap pelanggan yang iseng.Â
Selain pernah mengalami pesanan yang dibatalkan, saya pernah mengalami kejadian apes yaitu motor mogok dijalan lintas provinsi. Seketika saya panik dan meminta pertolongan pada teman-teman driver. Untungnya beberapa teman-teman driver saya datang membantu dan mencari bengkel terdekat. Wah luar biasa sekali mereka ini.Â
Dari kejadian motor mogok dijalan, saya sangat mengapresiasi solidaritas teman-teman ojek online. Saya mengapresiasikan solidaritas mereka bukan hanya karena itu. Disaat saya pergi pagi kekantor ojek online kota saya, teman-teman driver pada ngopi dan merokok dan saling berbagi sarapan. Dikala sepi pelanggan saya diajak main game online di-hp sembari menuggu pesanan. Memang luar biasa teman-teman driver ini.
Mungkin sebagian orang akan berpikir tak semua driver punya solidaritas namun asumsi tersebut memang benar. Ada orang menjadi driver karena terpaksa, ada juga karena tak ada pekerjaan lain, sebagai pendapatan sampingan, bahkan ada juga sebagai batu lompatan. Hak mereka dan hak setiap orang berbeda-beda. Namun apapun pekerjaan kita, pintar-pintarlah menciptakan relasi dengan lingkungan sekitar. Â
Sebenarnya masih banyak lagi pengalaman tak terduga yang saya dapatkan. Misalnya mendapat uang lebih dari pelanggan, dikasih makanan dari pelanggan, sepi pesanan, terkendala cuaca, diremehin tetangga dan teman-teman sekolah karena bekerja sebagai ojek online, pelanggan yang tidak bayar, dijahilin, bahkan dimodusin sama pelanggan. Dari pekerjaan dan apa yang saya kerjakan ini, saya telah mengetahui apa arti rasa bersyukur.
Disaat saya lagi senggang dan menunggu pesanan, saya sempat menonton video podcast youtube yang menghadirkan bintang tamu Sujiwo Tejo. Dalam podcast tersebut ada kata-kata beliau sempat berkata:Â
"Uang memang perlu, namun yang harus ditanamkan kepada setiap orang adalah cintailah pekerjaanmu dan lakukanlah dengan hati nurani. Jika kita menerapkan hal itu, uang akan mencarimu dengan sendirinya". Â
Menurut saya itu berlaku dan sudah terjadi pada diri saya sendiri. Mungkin yang membaca akan mengatakan hal tersebut terlalu dilebih-lebihkan atau terlalu mendramatisir. Pekerjaan driver ojek online memang terlihat ringan, namun setiap pekerjaan mempunyai resiko tersendiri. Entah resiko besar ataupun kecil, tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri. Belum lagi dengan kasus saya yang sering digosipkan orang-orang sekitar "lulusan S1 koq jadi jadi ojek?"
Yah namanya hidup bersosial, pastinya banyak sesuatu yang tak terduga. Setiap pekerjaan mempunyai tujuan dan targetnya masing-masing. Syarat penerimaan karyawan setiap perusahaan berbeda-beda. Jika diterima pun belum tentu kita suka akan pekerjaan kita. Belum lagi gosip lingkungan sekitar yang faktanya belum benar. Bagi saya selama pekerjaan tersebut tidak merugikan orang lain dan tidak  melanggar hukum itu sah-sah saja.Â
Itulah alasan kenapa betapa jarangnya saya menulis dan mengunggah tulisan. Selain kecilnya pendapatan saya dari menulis dan kesulitan mencari ide, ada aktivitas yang harus dikerjakan. Jadi bisa dibilang, saya tidak hanya bergantung pada satu pekerjaan saja dan menjadikan platform kompasiana sebagai pekerjaan sampingan, bukan berhenti menulis. Karena hobi juga bisa menghasilkan uang walaupun tak banyak dan menjadikan platform ini sebagai tempat saya menuangkan imajinasi.
Setelah sekian panjang tulisan, ini saya bisa mengakhiri tulisan ini. Walaupun tulisan ini sedikit berbeda dari biasanya, tulisan seperti sejarah, film dan humaniora tetap menghiasi tulisan saya. Jika tulisan saya mengganggu dan salah dalam penyampaian terhadap teman-teman yang membaca, saya izin untuk memita-maaf dan memperbolehkan menaruh kritik dalam tulisan saya. Sekian dan terima kasih.
Sardo Sinaga
Sangatta, 29 Januari 2023.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H