Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pengertian Singkat Ideologi Marhaenisme

31 Mei 2022   16:25 Diperbarui: 1 Juni 2022   13:25 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu marhaenisme? Apa tujuannya dan tuntutannya? Bagaimana latar belakang pembentukan ideologi tersebut? Dalam tulisan ini penulis akan menjelaskan identitas ideologi Marhaenisme serta aplikasi nyata dalam melaksanakan. Identiknya, Marhaen terkait dengan pemikiran dari presiden pertama kita Bung Karno. Adapun latar belakang mengapa ia membuat ideologi tersebut serta ideologi yang mempengaruhinya.

Sebelum membicarakan Marhaen, kita harus membahas ideologi Marxist. Kenapa Marxist? Marxist sendiri berupa ideologi yang menjadi pengaruh dalam pembentukan Marhaen. Ir, Soekarno sendiri dalam buku Marhaen Dan Wong Cilik sangat mengagumi ideologi Marxist. Karl Marx yang saat itu mengkritik habis sistem monarki absolute kerajaan dan bertujuan menciptakan negara tanpa kelas. 

Kelas pemilik modal (Bourjuis) saat itu mendominasi kelas buruh (proletar) yang mengakibatkan adanya perbudakan manusia di eropa. Marx sendiri menginginkan adanya negara sosialist demokrasi untuk menghapuskan sistem dominasi negara kerajaan. Sehingga munculnya ideologi Marxist dan Komunis. Pengertian Marxist sendiri diartikan ialah kesetaraan dalam kepemilikan alat produksi sedangkan Komunis diartikan dalam kesetaraan hak setiap individu dalam masyarakat. 

Pecahnya revolusi industri serta revolusi perancis juga mempengaruhi konsep pemikiran Karl Marx saat itu. Pemilik modal banyak menginvestasikan modal mereka sebagai upaya menambah kekayaan mereka. Namun para pemilik modal ini mengeluarkan seminimalist mungkin pengeluaran mereka. Salah satunya memberikan upah buruh yang sedikit atau tidak dibayar sama sekali. Istilah tersebut dinamakan sistem ekonomi Kapitalis. Ini juga terjadi pada bangsa Indonesia.

Photo by Hennie Stander on Unsplash  
Photo by Hennie Stander on Unsplash  
Dalam era kolonial Belanda banyaknya kapitalis baru dalam penguasaan lahan. Sistem Cuturestelsel atau sistem tanam paksa bertujuan untuk menambah kas keuangan negara induk Belanda yang saat itu eropa mengalami krisis keuangan. Kekuasaan tanah yang awalnya bersifat adat atau turun temurun diambil alih oleh orang Belanda serta memaksa rakyat pribumi menanam hasil bumi untuk dikirim ke negara asal mereka.

Selain itu, kolonial Belanda juga membentuk Diferensiasi. Diferensiasi adalah penggolongan kasta sosial (Posisi: kaum Belanda, pedagang Arab dan Tionghoa, dan seterusnya sampai yang paling akhir orang pribumi) bertujuan mencegahnya gerakan sosial yang melanda Hindia-Belanda. Dari sistem kasta sosial ini munculnya gerakan dalam melawan kolonialisme seperti PKI, PNI, MASYUMI, serta Sarekat Islam. Tidak terbendung pula munculnya ideologi Marhaenisme yang digagas Soekarno.

Namun apa hubungannya dengan Marhaenisme? Marhaenisme sendiri diambil dari nama seorang pedagan bakso saat itu yaitu pak Marhaen. Bung Karno sempat bercengkrama dengan pedagang tersebut dan tercetuslah pertanyaan "kenapa bapak masih miskin sedangkan bapa punya alat berdagang, punya tempat, serta punya modal berdagang?". 

Dari pertanyaan ini ia menggagas ideologi tersebut dalam memperjuangkan rakyat kecil. Apa bedanya dengan Marxist? Apa hubungan Marxist dengan Marhaen? Serta apa perbedaan tujuan tersebut? Seperti yang telah disinggung diawal Marxist berupa kesetaraan kepemilikan modal antara bourjuis serta proletar. Tujuan Marxist sendiri menciptakan negara sosialist, namun berbeda dengan Marhaenisme walaupun mempunyai pengaruh dalam pembentukan ideologi tersebut.

Jika diartikan, proletar ialah adalah orang yang tertindas oleh kaum boujuis, sama halnya marhaen yang berupa kaum tertindas. Namun perbedaanya yaitu kaum proletar berupa hanya kaum buruh yang tertindas. Marhaen sendiri kaum tertindas namun bukan hanya buruh, namun orang - orang yang memilik alat, modal, tempat, serta wilayah namun tertindas oleh sistem. Jadi intinya marhaen sendiri hampir sama dengan proletarnya marxist yang bersifat buruh. Namun marhaen sendiri pengertiannya lebih kompleks yaitu segala orang ataupun orang kecil pemilik modal serta alat yang tertindas oleh sistem perbudakan yang dibentuk oleh kolonial saat itu.

Gambar diambil dari milik pribadi. Lokasi gambar berada pada Makam Presiden Ir. Soekarno, Blitar, Jawa Timur.
Gambar diambil dari milik pribadi. Lokasi gambar berada pada Makam Presiden Ir. Soekarno, Blitar, Jawa Timur.

Penegrtian marhaen menpunyai arti yang tersendiri. Marhaen berarti orang yang tertindas, Marhaenist berupa orang atau pelaku yang memperjuangkan rakyat kecil, dan Marhaenisme berupa ideologi yang digunakan dalam memperjuangkan Marhaen tersebut. marhaenisme sendiri mempunyai tiga pilar dalam dalam asas pergerakan tersebut yaitu sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang maha esa. 

Pada 1 Juni 1945 ia menjabarkan bahwa sosio-nasionalisme berupa kesetaraan setiap golongan suku dan ras yang bersifat persatuan yang adil dan beradab, sosio-demokrasi bersifat demokrasi nasionalisme serta kesejahteraan sosial, serta ketuhanan yang maha esa bersifat menjunjung tinggi rasa persaudaraan yang sebagai mahluk yang bertuhan tampa ada perbedaan agama manapun.

Dari tiga pilar tersebut lahirnya pancasila yang kita kenal sekarang. Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan serta Keadilan Sosial Yang Adil Dan Beradab ini menjadi asas Demokrasi dan Nasionalisme. Pada tanggal tersebut sebagai cikal-bakal terbentuknya lima dasar negara dan juga diperingati sebagai hari kelahiran Pancasila

Tak adanya perbedaan suatu golongan, ras, dan agama manapun dalam negara ini. Cara penegakan asas tersebut bersifat gotong royong atau salin merangkul dalam menciptakan rasa nasionalis dan demokrasi di Indonesia. Hal inilah yang dipakai oleh beberapa partai besar di Indonesia seperti PNI, PDI, serta beberapa partai mahasiswa seperti GmnI, Gerakan Marhaen Indonesia, dan sebagainya.

Sardo Sinaga 

31 Mei 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun