Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sejarah Film: dari Era Bisu hingga Era Milenium

4 November 2021   12:04 Diperbarui: 4 November 2021   12:09 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Clem Onojeghuo from Pexels

Disaat kebanyakan orang mengalami kejenuhan atas pekerjaan, menonton film bisa dijadikan salah satu pelampiasan. Ketika menonton film, orang bisa menjadi rileks karena terhibur. 

Bukan hanya menghibur, film menjadi salah satu hiburan dengan mengeluarkan budget minim. Dengan pergi ke bioskop, kita bisa menonton berbagai film keluaran terbaru. Jika malas pergi ke bioskop, berlangganan Netflix atau menonton televisi. 

Saat ini, banyak film tercipta yang bisa dinikmati. Romance, komedi, action, dokumenter, horor dan sebagainya. Ada film yang mendapatkan gelar terbaik dan ada pula yang memberikan gelar terburuk. Film terbaik saat ini yaitu sekuel The Godfather trilogy yang mendapat penghargaan Academy Award 11 kali.

Perkembangan film saat ini sudah sangat maju. Kita pun bisa menonton dengan resolusi gambar hingga 4K. Hal itu didukung dengan televisi ataupun gadget yang saat ini sangat canggih. Beda dengan zaman dulu yang teknologi masih terbatas. 

Jika kita menonton film zaman dulu dengan gadget saat ini, pasti banyak orang yang menggerutu karena gambarnya kurang detail atau buram. Karena kemampuan teknologi saat itu masih terbatas. Namun jika kita mendengar pendapat orang yang diatas 50 tahun, mungkin mereka sudah sangat senang karena teknologi saat itu paling canggih di zamannya. 

Photo by cottonbro from Pexels
Photo by cottonbro from Pexels

Kalau kita belajar sejarah, seni peran pertama kali dikenal melalui panggung theatre. Theatre sendiri diperkirakan muncul sekitar abad 6 SM oleh bangsa Romawi kuno. Pada zaman itu, theatre ditunjukkan untuk acara keagamaan. 

Selain keagamaan, theatre klasik bertujuan untuk mempertahankan kearifan lokal dengan menyampaikan suatu pesan selain untuk menghibur. Hingga pada masa post-modern, theatre bukan hanya untuk keagamaan atau kearifan lokal, melainkan penggambaran dari berbagai kejadian sosial. 

Gambar diambil dari pinterest.com
Gambar diambil dari pinterest.com

Film sendiri muncul kamera telah ada. Kamera sendiri yaitu kamera bertipe obscura. Sangat sulit untuk mencari detail terciptanya kamera tersebut. Namun yang paling terkenal adalah seorang ilmuwan bernama Al-Haitam sebagai penemu kamera pada tahun 1000 Masehi. 

Kamera itu dikenal sebagai kamera kamar hitam dalam mencetak gambar. Jika saat ini hasil gambar bisa langsung dicetak, pada saat itu kamera membutuhkan waktu beberapa jam dan mungkin beberapa hari. Hal itu kamera obscura membutuhkan bantuan cahaya matahari. 

Pada tahun 1878, muncul gagasan untuk membuat gambar bisa bergerak. Louise Lumiere dan Auguste Lumiere merupakan orang yang menggagas untuk membuat gambar bisa bergerak. Film pertama kali yang tercipta ialah The Horse In Motion (1878).

 

Gambar diambil dari pinterest.com
Gambar diambil dari pinterest.com

Jika saat ini film mempunyai durasi antara satu setengah hingga dua jam, film pertama saat itu sangat pendek. The Horse In Motion (1878) sendiri mempunyai durasi sekitar 30 detik. Terlalu singkat jika dibandingkan film saat ini. 

Hal itu masih bisa dimaklumi dikarenakan kamera saat itu hanya bisa mengambil foto. Konsepnya yaitu berbagai gambar kuda yang dijadikan satu dalam sebuah frame. Konsep inilah cikal bakal FPS dalam sebuah video. 

Sebelum berbicara film, kita harus tahu dulu konsep FPS. FPS sendiri adalah jumlah gambar dalam sebuah frame dalam satu detik. Saat ini terdapat berbagai tipe fps yaitu 30fps, 60fps, 90fps dan 120fps. Jika diatas 120fps, biasanya dipakai untuk mengambil video slow motion. 

Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa film saat ini menggunakan 30fps walaupun resolusi sudah sangat tinggi. Perlu diketahui, film The Hobbit sempat menggunakan resolusi 1080 60fps. Namun film itu mendapatkan kritikan karena banyak kritikus film tidak nyaman saat menonton. 

Selain itu, saat ini masih banyak orang yang menggunakan televisi analog. Televisi analog sendiri hanya sanggup menerima gambar antara 16 hingga 30fps. Selain itu, data dari film juga akan sangat besar. Karena itulah video yang diatas 60fps lebih cocok untuk video blogger atau slow motion. 

Kembali ke awal. Dari hasil cara kerja tersebut, banyak film-film bermunculan. Lumiere bersaudara mulai mengembangkan kamera yang terinspirasi dari alat Fenakistoskop karya Joseph Plateau dari Belgia dan Simon Stampfer dari Austria secara bersamaan.

Cara kerja kamera mereka juga digabungkan dari beberapa penemuan Thomas Alva Edison. Cara kerja kamera tersebut yaitu penggabungan dari beberapa cakram dengan memasukkan beberapa gambar yang telah mengalami penimpalan. 

Photo by James Frid from Pexels
Photo by James Frid from Pexels

Alhasil pada tahun 1895, film pertama muncul dan dikomersialkan dengan judul Arrival of a Train (1895). Film itu menggambarkan sebuah kedatangan kereta di Perancis. 

Film itu juga mendapat gelar Guiness Records sebagai film pertama. Lumiere bersaudara akhirnya melakukan tour untuk membuat bioskop dan mereka mampu menciptakan film pendek sekitar 1400 film. 

Pada tahun 1900 hingga 1930, film bisu hitam putih sangat terkenal saat itu. Charlie Chaplin (1889-1977) yang awalnya merupakan pemain theatre mempunyai predikat aktor terbaik pada awal terbentuknya film. 

Pada tahun itu, film belum bisa mengeluarkan suara. Sehingga para aktor menggunakan berbagai gestur untuk membuat para penonton mengerti akan jalan cerita. 

Pada rentan waktu 1930 hingga 1950, industri film sangat berkembang pesat. Sistem pewarnaan pada gambar dan memasukan suara melalui tape rekorder.

Namun pada era tersebut, film dokumenter jauh lebih tenar dibanding film lain. Hal ini karena pengaruh politik negara barat dalam menyebarkan paham ideologi. 

Photo by Andre Moura from Pexels
Photo by Andre Moura from Pexels

Tahun 1960 hingga sekarang, industri film makin gencar dan tidak terfokus hanya satu genre. Ditambah perkembangan teknologi yang saat itu masih berjenis analog, sekarang mampu bersifat digital yang mempunyai ketahanan yang cukup lama.

Di Indonesia, perkembangan film termasuk lambat. Industri film Indonesia sendiri diciptakan oleh Usmar Ismail dengan nama Perusahaan Film Nasional Indonesia atau PERFINI pada 30 Maret 1950.

Pada masa Orde Lama, film soal propaganda lebih sering ditayangkan. Karena saat itu Indonesia baru merdeka. Pada tahun 1970-an, film Indonesia lebih banyak menceritakan urban legend dan cerita kerajaan. 

Perfilman Indonesia sempat mengalami penurunan pada tahun 1990. Penurunan tersebut dikarenakan buruknya korporasi film dalam manajemen dan saat itu Indonesia mengalami krisis moneter. Setelah krisis moneter, industri film mulai bangkit dan hingga sekarang. 

Dari sini, betapa panjangnya industri film dalam produksinya. Mulai dari theatre sampai film resolusi 4K. Dari aspek ini saja bisa dilihat bagaimana perkembangan teknologi sangat pesat di era post-modern. 

Akses film juga sudah sangat mudah dicapai. Berbeda dengan zaman dulu yang belum tentu dalam setahun muncul film baru. Selain itu, era tahun 1930 hingga 1960-an didominasi oleh film dokumenter atau film tentang politik. 

Terlebih lagi pada era 80-an, film masih berbentuk kaset dan tidak semua orang mampu membelinya. Jika sekarang, menonton film tidak harus pergi ke bioskop. Namun hanya berbekal dengan hape murah, kita bisa menyaksikan film dari berbagai aplikasi. 

Dari tulisan ini, kita akan sedikit paham bagaimana sejarah dari film dari berbagai zaman. Sekian dari tulisan ini. Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca. Silahkan menikmati film favorit anda. 

Sardo Sinaga

4 November 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun