Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sigale-gale, Cerita Lokal Asal Sumatra Utara

8 September 2021   10:37 Diperbarui: 8 September 2021   20:06 4513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Rumah Bolon alias rumah adat Suku Batak. Gambar diambil dari Instagram @febrinainfebri

Di Indonesia, banyak sekali cerita rakyat dari berbagai daerah. Salah satunya Sumatra Utara. Sumatra Utara mempunyai tempat menarik untuk dikunjungi, salah satunya Danau Toba. 

Ada istilah kalau berkunjung ke Sumatra Utara, tidak lengkap kalau tidak berkunjung ke Danau Toba. Selain bisa menikmati pemandangan alam yang cantik, kita bisa belajar sejarah di Pulau Samosir. 

Mungkin sebagian besar tahu cerita rakyat asal muasal terbentuknya Danau Toba. Itu karena legenda Danau Toba sering dibuatkan film dalam berbagai versi.

Salah satunya Sigale-gale. Jika kita berkunjung ke Pulau Samosir, banyak Tour Guide yang menawarkan history local yang merupakan asal muasal Tanah Batak dan cerita Sigale-gale. 


Sigale-gale biasanya digelar dalam upacara kematian. Upacara ini ditujukan bagi orang yang tidak mempunyai keturunan. Selain bagi orang yang tidak mempunyai keturunan, upacara ini ditujukan bagi orang yang mempunyai kedudukan tinggi. Namun saat orang Batak mulai menganut agama Kristen, upacara ini mulai ditinggalkan. 

Sigale-gale sendiri merupakan pertunjukan patung menari. Ada rumor mengatakan bahwa patung bisa menari karena dikendalikan mahkluk gaib. Ada beberapa versi cerita bagaimana patung Sigale-gale bisa menari dengan sendirinya. 

Salah satu versi menceritakan Sigale-gale diambil dari nama anak raja di Pulau Samosir, Manggale, anak dari Raja Rahat. Raja Rahat merupakan raja yang sangat dihormati oleh rakyat Samosir. Ia dicintai karena sifatnya yang bijaksana.

Namun ia hanya tinggal berdua bersama anak nya Manggale. Itu karena istri dari sang raja meninggal lebih dulu. Karena itulah ia sangat mencintai anaknya. Begitu juga dengan rakyatnya karena Ia mempunyai sifatnya sama dengan ayahnya yang sangat bijaksana. 

Pada suatu hari, salah satu prajurit raja memberikan sebuah kabar bahwa diperbatasan banyak berkumpul prajurit dari negri sebelah untuk berperang. Tujuan mereka untuk mengambil alih sumber daya dari Raja Rahat. Sehingga Ia memanggil prajurit terbaiknya, penasehat, dan Manggale sebagai panglima tertinggi. 

Pada saat Manggale membawa prajurit terbaiknya untuk berperang, perasaan seorang ayah mulai muncul. Ia takut anaknya tidak akan pulang. Kegelisahan itupun terjawab saat prajuritnya pulang usai berperang. Namun sialnya, Manggale tidak bersama mereka. 

Manggale terbunuh demi melindungi prajuritnya. Mendengar kabar itu raja sangat sedih dan jatuh sakit. Bagaimana tidak, anak yang sangat ia cintai telah tiada. Bukan hanya dicintai, Manggale merupakan penerus mutlak bagi kerajaannya. Bukan hanya raja, seluruh rakyat merasa sedih atas kematian Manggale.

Selama Raja Rahat sakit banyak datu (dukun) berusaha menyembuhkan sang raja. Namun tidak ada yang bisa menyembuhkan sang raja. Namun salah satu penasehat raja untuk membuat patung yang menyerupai Manggale.  Setelah patung itu jadi, para datu akan melakukan ritual memanggil arwah Manggale dan memasukan rohnya kedalam patung itu. 

Mendengar nasehat tersebut, Ia sangat setuju dan langsung memberikan tugas kepada tukang kayu terbaik miliknya. Para tukang kayu langsung bergerak untuk membuat patung semirip mungkin dengan Manggale. Setelah patung itu jadi, para datu langsung melakukan ritual untuk memanggil arwah Manggale.

Setelah masuknya arwah patung itu, patung itu dapat menari dengan sendirinya. Mereka langsung membawa patung itu kehadapan sang raja dengan iringan sordam dan gondang (alat musik orang Batak). 

Melihat patung tersebut, sang raja sangat senang melihatnya. Hadirnya patung tersebut mampu mengobati hati sang raja, ditambah wajah patung tersebut sangat mirip dengan Manggale. Dan pada saat itu, raja menari tarian tor-tor bersama patung itu. Bukan hanya raja, para rakyat yang melihat itu juga ikut menari sebagai bentuk suka cita. 

Patung Sigale-gale. Gambar diambil dari Instagram @bagasnitorang
Patung Sigale-gale. Gambar diambil dari Instagram @bagasnitorang

Dari kisah tersebut, Sigale-gale menjadi cerita rakyat Sumatra Utara, khususnya orang Batak. Sigale-gale diangkat dari nama anak raja Rahat, Manggale. 

Cerita ini sudah ada dari sekitar 400-500 tahun lalu. Bahkan cerita itupun masih diceritakan pada saat kita berkunjung ke Pulau Samosir. Bagi penulis, cerita ini tidak kalah serunya dibandingkan cerita asal muasal Danau Toba. 

Selain cerita tersebut, sebenarnya masih banyak cerita rakyat Sumatra Utara yang jarang diketahui orang banyak. Salah satunya Legenda Batu Gantung. Mungkin penulis juga akan menceritakan cerita rakyat dari Sumatra Utara lainnya yang cukup menarik. 

Sebagai melestarikan cerita rakyat, kita juga mampu mengembangkan parawisata lokal yang menjadi parawisata unggulan. Dari cerita-cerita tersebut, faktor ini juga sebagai bentuk lain dari kecintaan kita sebagai mewarisi kebudayaan lokal. 

Sardo Sinaga

08 September 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun