Manggale terbunuh demi melindungi prajuritnya. Mendengar kabar itu raja sangat sedih dan jatuh sakit. Bagaimana tidak, anak yang sangat ia cintai telah tiada. Bukan hanya dicintai, Manggale merupakan penerus mutlak bagi kerajaannya. Bukan hanya raja, seluruh rakyat merasa sedih atas kematian Manggale.
Selama Raja Rahat sakit banyak datu (dukun)Â berusaha menyembuhkan sang raja. Namun tidak ada yang bisa menyembuhkan sang raja. Namun salah satu penasehat raja untuk membuat patung yang menyerupai Manggale. Â Setelah patung itu jadi, para datu akan melakukan ritual memanggil arwah Manggale dan memasukan rohnya kedalam patung itu.Â
Mendengar nasehat tersebut, Ia sangat setuju dan langsung memberikan tugas kepada tukang kayu terbaik miliknya. Para tukang kayu langsung bergerak untuk membuat patung semirip mungkin dengan Manggale. Setelah patung itu jadi, para datu langsung melakukan ritual untuk memanggil arwah Manggale.
Setelah masuknya arwah patung itu, patung itu dapat menari dengan sendirinya. Mereka langsung membawa patung itu kehadapan sang raja dengan iringan sordam dan gondang (alat musik orang Batak).Â
Melihat patung tersebut, sang raja sangat senang melihatnya. Hadirnya patung tersebut mampu mengobati hati sang raja, ditambah wajah patung tersebut sangat mirip dengan Manggale. Dan pada saat itu, raja menari tarian tor-tor bersama patung itu. Bukan hanya raja, para rakyat yang melihat itu juga ikut menari sebagai bentuk suka cita.Â
Dari kisah tersebut, Sigale-gale menjadi cerita rakyat Sumatra Utara, khususnya orang Batak. Sigale-gale diangkat dari nama anak raja Rahat, Manggale.Â
Cerita ini sudah ada dari sekitar 400-500 tahun lalu. Bahkan cerita itupun masih diceritakan pada saat kita berkunjung ke Pulau Samosir. Bagi penulis, cerita ini tidak kalah serunya dibandingkan cerita asal muasal Danau Toba.Â
Selain cerita tersebut, sebenarnya masih banyak cerita rakyat Sumatra Utara yang jarang diketahui orang banyak. Salah satunya Legenda Batu Gantung. Mungkin penulis juga akan menceritakan cerita rakyat dari Sumatra Utara lainnya yang cukup menarik.Â
Sebagai melestarikan cerita rakyat, kita juga mampu mengembangkan parawisata lokal yang menjadi parawisata unggulan. Dari cerita-cerita tersebut, faktor ini juga sebagai bentuk lain dari kecintaan kita sebagai mewarisi kebudayaan lokal.Â
Sardo Sinaga