Sebenarnya, penulis baru mengetahui ajaran "Parmalim" dari internet. Hal inilah penulis berusaha mempelajarinya karena penulis memang berasal dari Suku Batak.
Suku Batak sendiri berasal dari Provinsi Sumatra Utara. Suku Batak sendiri terdiri dari beberapa sub suku yaitu Toba, Karo, Mandailing, Pakpak, Angkola, dan Simalungun. Banyak sekali orang-orang yang terkenal berasal dari Suku Batak seperti Hotman Paris Hutapea, Luhut Panjaitan, Ferdinan Sinaga, Bahkan Radja Nainggolan. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Orang Batak merupakan suku perantauan.
Namun tidak banyak yang mengetahui bahwa dahulu kala ada ajaran atau agama Parmalim sebagai sebuah kepercayaan. Bahkan penulis baru tahu ajaran tersebut. Penulis mencoba bertanya kepada orang-tua penulis, ajaran tersebut merupakan agama orang Batak sebelum mengenal Agama Kristen. Sedikit info, Agama Kristen dulu disebarkan oleh Ludwig Ingwer Nommensen yang menjadi agama mayoritas.
Banyak peneliti yang kesulitan dalam mempelajarinya ajaran Parmalim. Hal ini kebanyakan masyarakat tempo dulu menyebarkan sesuatu dari mulut kemulut. Ada beberapa kajian dari beberapa penelitian terhadap Parmalim seperti Ibrahim Gultom dalam Agama Malim di Batak (2010) dengan pendekatan anthropology.
Orang-tua penulis menjelaskan ajaran Parmalim tidak lagi dianut diera modern seperti sekarang. Banyak dari orang Batak yang lebih memilih Agama Kristen sebagai panutan hidup dan Yesus Kristus sebagai juru selamat. Peru kita ketahui sejenak, Kristen Protestant merupakan agama mayoritas Suku Batak. Namun memang banyak juga orang Batak yang memilih agama besar lain yang ada di Indonesia.
Parmalim atau Ugamo Malim merupakan keyakinan terhadap sang pencipta alam semesta, Mulajadi Nabolon. Mulajadi Nabolon sendiri diartikan sistem ke-Tuhanan oleh orang Batak dahulu kala. Mereka menganggap Alam merupakan hasil dari pemberian Mulajadi Nabolon untuk manusia.Â
Karunia inilah yang diyakini orang Batak bahwa menjaga alam sebagai bentuk spiritual. Spiritual ini menjadi sebuah kegiatan upacara adat sebagai rasa syukur kepada Tuhan dan menjadikan kehidupan sebagai penghidupan.
Barulah pada tanggal 14 Mei 1862 misionaris Ludwig Ingwer Nommensen datang ke Padang untuk melakukan penyebaran Agama Kristen. Namun pada saat itu, banyak daerah-daerah di Indonesia mengalami peperangan melawan kolonialisme Belanda.Â
Sehingga ia dipindahkan ke Tarutung dengan alasan keselamatan. Selama disana, banyak penolakan kedatangan misionaris tersebut.