Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Politik Bermartabat, A LA I.J. Kasimo

3 Juli 2022   19:54 Diperbarui: 3 Juli 2022   20:18 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. https://tokoh.id/tokoh/pahlawan/ij-kasimo-hendrowahyono/

Uraian nasionalisme di atas menggambarkan bahwa kecintaan terhadap tanah air adalah suatu yang mutlak penting. Sikap nasionalisme ini digaungkan juga oleh Kasimo. Benih nasionalisme dalam diri Kasimo tidak bisa dipisahkan dari kiprah Rm. van Lith. Romo van Lith mengajarkan kecintaan pada tanah air, kesederhanaan, rasa kemanusiaan serta peduli pada kaum tertindas. Berkat kecintaanya pada tanah air, Kasimo juga menyadari adanya martabat yang sama bagi sesama manusia. Inti utama dari gagasan nasionalisme Kasimo adalah kesamaan martabat manusia, dan karenanya kolonialisasi dan feodalisasi mestinya dijauhkan dari tanah air.

Sebagai awam Katolik, dan pendiri Partai Katolik, Kasimo mengembangkan nasionalismenya bermula dari gereja Katolik. Pada masa-masa perjuangan dan awala kemerdekaan, dan bahkan sampai saat ini, umat-umat kristiani sering dipandang sebagai sekutu penjajah. Untuk membatasi spekulasi negatif, Kasimo berusaha mendirikan Partai Katolik Republik Indonesia. Penamaan identitas Indonesia adalah usaha yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak bersekutu dengan penjajah. Nasionalisme Kasimo memang tidak terlepas dari nasionalisme religius. 

Ia mengembangkan nasionalismenya dengan berlatarkan pada nilai-nilai kristiani. Bahkan secara gamblang ia menafsirkan perintah keempat pada 10 perintah Allah "hormatilah ibu bapamu" sebagai usaha untuk menghormati nusa dan bangsa.[9] Kekhasan dari nasionalisme Kasimo adalah berciri katolik. Kasimo adalah seorang politikus yang berkpribadan dan berwatak baik. Ia adalah seorang nasionalis yang memilih terjun ke dalam dunia politik untuk mencapai cita-citanya

Pendidikan Menurut I.J Kasimo

Dalam pandangan Kasimo, Pendidikan selama masa-masa perjuangan dan awal kemerdekaan membentuk sistem yang berusaha untuk membangun dan menghasilkan tenaga-tenaga pribumi bagi pemerintahan dan perusahan  asing. Bagi Kasimo, pendidikan bukanlah suatu usaha untuk mencetak robot semata. Sistem pendidikan pada saat itu bertujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga pribumi yang murah. Bagi Kasimo, sistem pendidikan di sekolah-sekolah seharusnya mengutamakan pendidikan kepada murid-murid, bukan mempersiapkan mereka untuk pekerjaan tertentu saja. Dengan adanya pendidikan yang baik, akan membantu mendidik setiap anak bangsa pada bidang kebudayaan, sosial, politik dan ekonomi.[10] Perjuangan Kasimo dalam usaha membangun pendidikan di Indonesia, menjadikan dia sebagai salah seorang pelopor dalam membangun Universitas Atma Jaya. 

Kematangan pemikian Kasimo, mejnadikan dia salah satu tokoh toleran dalam realitas Indonesia yang plural. Pada dasarnya Kasimo lebih mengutamakan kemanusian dibandingkan persoalan agama atau perbedaan lainnya. Sebagai pemikir dan tokoh Katolik, Kasimo menjadi seorang pribadi yang menghormati semua manusia, tanpa membedakan latar belakan sosial. Kedewasaan pemikirannya inilah yang membuat Kasimo selalu berusaha untuk membangun term martabat mansuia sebagai gugatan utama dalam membangun pendidikan. Pendidikan yang bermartabat adalah pendidikan yang menerima perbedaan, merangkul persamaan dan membangun persaudaraan yang harmonis, demikianlah sejatinya esensi pendidikan.

Dalam ranah pendidikan, sebagai seorang pemikir kristiani, Kasimo memberikan gambaran bahwa esensi dari suatu pendidikan memperlakukan orang lain selaras dengan apa yang hendak kita ingin orang lain perbuat. Teks injil Matius 7:12 dan Lukas 7:12 "segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka" menjadi landasan etika pendidikan Kasimo. Gagasan ini menjadi sumbangan besar Kasimo, yang mana menekankan hubungan kesalingan dan kesetaraan. Konsep pendidikan demikian yang menggerakan Kasimo untuk mempelopori pendirian universitas Atma Jaya.

Komparasi Pemikiran Nasionalisme Sutan Sjahrir 

Manusia dalam hidupnya selalu mengejar hidup yang baik dan bermartabat. Kasimo dalam konstruksi konsep nasionalisme yang bercorak religius katolik dan juga konsep pendidikan memberikan gambaran jelas bahwa untuk menjadi manusia yang baik, perlu ada sikap saling menghormati. Sebagaimana Aristoteles dalam karyanya Nichomachean Etichs I mendeklarasikan bahwa kebaikan merupakan tujuan utama dari segala pilihan hidup manusia. Manusia dalam seluruh proyek hidupnya, selalu mengejar hidup baik.[11] Hidup baik hanya bisa dicapai dalam relasi antarpribadi. Relasi ini mengandaikan adanya suatu tantanan hidup yang saling menghargai martabat sesama manusia.

Nasionalisme I.J Kasimo secara implisit memiliki kemiripan dengan nasionalisme Sutan Sjahrir. Sjahrir dengan penuh gelora dan kritik tajam, melukiskan situasi awal kemerdekaan itu pada bagian pertama Perdjoeangan Kita. Sjahrir menunjukan bahwa kerusuhan, pemecahan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok, serta agitasi kebencian kepada ras bangsa Jepang akan menimbulkan kekuatan fasis baru dalam negeri sendiri.[12] 

Bagi Sjahrir nasionalisme yang terlalu berlebihan dan kebablasan bisa menjadikan bangsa Indonesia kecolongan pemahaman arti nasionalisme. Bagi Sjahrir nasionalisme tidak bisa dilepaspisahkan dengan sikap mengharagai dan mengakui seluruh martabat manusia. Di dasar hatinya, Sjahrir mendambakan kebebasan untuk setiap orang, Baginya, nasionalisme berkaitan juga dengan wawasan-wawasan tentang kebebasan individu dan perubahan sosial yang dapat menjadikan sikap cinta tanah air itu sebagai suatu sikap kemerdekaan yang sejati. Konsep Sjahrir ini paralel dengan pemahaman Kasimo. Maka tidak salah bila menempatkan keduanya sebgai tokoh pejuang yang melampaui nasionalisme buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun