Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Stanley Jedidiah Samarta (Dialog dan Pluralisme Agama)

16 Februari 2022   22:59 Diperbarui: 16 Februari 2022   23:12 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pri Fransiskus Sardi

Pada dasarnya dialog dalam pluralisme agama dan budaya tidak pernah terlepas dari karya Roh Kudus. Ketika kristiani berusahan menekankan dialog sebagai suatu "gaya hidup dalam hubungan dengan sesama dalam masyrakat plural". Perlu mengakui keragaman besar situasi di mana gereja menemukan diri mereka saat ini.

Tetangga-tetangga Kristen menjalin hubungan dalam dialog mungkin menjadi rekan dalam krisis dan pencarian sosial, ekonomi dan politik yang sama; pendamping dalam karya kerasulan, atau eksplorasi intelektual dan spiritual dengan realitas plural dalam agama. Di beberapa tempat, orang Kristen dan gereja sebagai institusi berada dalam posisi kekuasaan dan pengaruh, dan agama-agama atau kebudayaan lain tidak memiliki kuasa. Tetapi juga di tempat lain ada orang-orang Kristen yang tidak berdaya (minoritas) karena didominasi oleh agama atau kebudayaan lain. Ada juga situasi ketegangan dan konflik di mana dialog tidak mungkin dilakukan atau peluang sangat terbatas.

Tidak bisa dielakan bahwa orang-orang dari kepercayaan yang lain berinteraksi tidak hanya dengan agamanya sendiri, tetapi juga dengan orang-orang dari berbagai ideologi, meskipun kadang-kadang sulit untuk membuat perbedaan yang jelas antara agama dan ideologi, karena ada dimensi agama dari ideologi dan dimensi ideologis dari agama. 

Samartha menegaskan bahwa agama Kristen juga masuk dalam usaha untuk menawarkan gagasan dan nilai-nilai kristianitas. Ada kecemasan baru dengan munculnya beragam kelompok agama baru di banyak negara dan membawa dimensi dan ketegangan baru dalam hubungan antar-agama. Dengan mengingat semua keragaman ini, dialog dan kesadaran pluralis menjadi hal yang penting.

Akhirnya nilai-nilai kristiani dapat diterima dengan membangun kesadaran pluralisme dan mempercayai universalitas ajaran Kristus. Kristologi teosentris yang menekankan misteri dan karya Roh Kudus dalam karya pewartaan dan dialog, menjadi poin penting dari gagasan Samartha. Tidak bisa membuat distingsi antara misi dan dialog, hal demikian seperti kebudayaan dan keragaman agama dengan nilai-nilai universalitas kristiani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun