Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Stanley Jedidiah Samarta (Dialog dan Pluralisme Agama)

16 Februari 2022   22:59 Diperbarui: 16 Februari 2022   23:12 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pri Fransiskus Sardi

Kristologi Stanley

Salah satu frasa yang terkenal dalam disertasi Stanley, adalah Christianity belongs to Christ, Christ does not belong to Christianity. Hal ini tidak terlepas dari konsentrasi Stanley yang menegaskan nilai universalitas dari pribadi Kristus. Dalam gagasan Kristologinya, Stanley Samartha menerapkan konsep Advaitik Sankara dari dalam kesadaran Hindu India, yang menekankan prinsip non-dualitas atau unsur kesatuan, (non-duality or oneness). Implikasi dari gagsan ini adalah tiadanya perbedaan antar manusia, - menekankan persatuan antar sesama.

Samartha menginginkan bahwa, perkawinan antara pemikiran India dan Kristiani, khusunya tentang kristologi juga mirip dengan yang dilakukan Origenes yang menggunakan kategori pemikiran Platon dan Thomas Aquinas menggunakan pemikiran Aristoteles. Oleh karena itu, Samartha ingin para teolog India juga mengunakan pemahaman filosofis advaita vedanta atau advatik sankara. 

Menurut Samarta ada empat alasan mengapa sistem pemikitan teolog India bisa menerapkan gagasan advaita, 1) sistem advaita adalah sistem paling terkenal di India, 2) sistem pemikiran ini juga sudah dinterpretasi dalam gaya modern, 3) di India modern, orang terus-menerus mencari, membandingkan, dan meneliti advaita dan kemudian menghubungkannya dengan kehidupan dan pemikiran modern. 4) banyak yang membahas masalah-masalah sosial di India menggunakan pendekatan ini dan terutama berhubungan dengan tujuan hidup.

Samartha menggeser posisi kristologinya dari Kristus yang hadir secara misterius di dalam agama-agama lain, suatu kristologi yang inklusivistik, ke arah kristologi teosentris, suatu kristologi yang pluralis. Dalam upaya mengakui misteri Kristus dan menjelaskan makna pribadi dan karya Yesus Kristus, ia menolak pemahaman kristologi ekslusivisme normatif.

Samartha menjelaskan "It is relational because Christ does not remain unrelated to neighbors of other faiths, and distinctive because without recognizing the distinctiveness of the great religious traditions as different responses to the Mystery of God, no mutual enrichment is possible" Samartha mengembangkan Kristologi teosentris yang berpusat pada misteri. Samarta mengunakan pendekatan kristologi dari bawah agar bisa berdialog dengan agama-agama lain.

Usaha Samartha ini untuk membangun suatu pola pikir kristologi yang bisa disandingkan dengan agama-agama lain. Samartha juga mengakui keberadaan juru selamat-juru selamat yang lain seperti Rama, Kresna, dan Budha di dalam konteks India. Kristologi teosentris juga saling menhubungkan antara Kristus dengan tokoh-tokoh tersebut.

Gagasan tentang Dialog dan Plurlalisme dan hubunganya dengan Roh Kudus

Stanley Samartha mendasari pneumatologi religionumnya dengan menegaskan bahwa Gereja perlu memiliki kesadaran bahwa dirinya hidup dalam sebuah dunia yang plural secara religius; dan oleh karena itu teologi Kristen tidak boleh lagi berpusat sebatas dinding-dinding gereja saja (eklesiosentris) namun harus bergerak menyikapi terhadap konteks yang plural tersebut.[6] 

Teologi pluralisme agama Samartha ternyata tidak lepas dari pengaruh teologi Barat dan dipengaruhi oleh pandangan dunia (worldview) pencerahan. 

Bagi Samartha pluralitas dan dialog adalah hal yang sangat penting. Samartha mengikuti Chiang Mai mengafirmasi bahwa dialog adalah 1) sarana untuk menghidupi iman dalam Kristus dalam pelayanan komunitas dunia. 2) dialog dan pewartaan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Dialog tidak dilihat sebagai alternatif misi, tetapi sebagai salah satu cara untuk membuat Yesus dapat diakui di dunia saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun