Orang penting adalah orang yang dibutuhkan, orang yang ketidakhadirannya membuat hidup tak berarti atau menjadi lebih sulit. Orang yang paling penting dalam kehidupan seseorang biasanya adalah keluarga. Tanpa keluarga, hidup itu ibarat kapal yang berlayar tanpa tujuan dan tempat berlabuh. Selain itu mungkin ada juga sahabat, teman, keluarga besar, tetangga dan rekan kerja.
Tapi ternyata ada banyak juga orang penting yangtanpa sadar ada di sekitar kita. Tukang sampah contohnya. Bisa membayangkan kalau tukang sampah di lingkungan mogok mengambil sampah? Bukan hanya mempengaruhi lingkungan yang jadi lebih kotor dan bau, tapi juga mempengaruhi suasana hati ketika di rumah maupun di jalan, kerjaannya jadi suka mengomel dan mengeluh saja, kepala pusing dan stress. Jadi kita butuh tukang sampah, mereka orang penting.
Begitu juga dengan pembantu di rumah. Dengan kesibukan di kantor dan pekerjaan rumah yang menumpuk, keberadaan pembantu menjadi penolong yang sangat berguna, sangat penting.
Bagi anak kos, mungkin ibu pemilik warung di pojok gang. Meskipun kecil dan lusuh, namun setiap akhir bulan ketika uang kiriman sudah mulai menipis, ia menjadi sangat penting untuk masa depan seorang mahasiswa. Soalnya, mahasiswa tidak bisa belajar (apalagi kalau mau ujian) bila perutnya keroncongan dan itu bisa diatasi dengan ngutang makan di warung pojok gang yang lusuh itu.
Namun seringkali sikap kita kepada mereka tidak menunjukkan betapa pentingnya keberadaan mereka. Terlambat bayar iuran sampah, mempekerjakan pembantu dengan upah dibawah UMR atau dengan waktu kerja yang panjang dan lupa pada si ibu pemilik warung lusuh ketika sudah lulus jadi sarjana. Itu sudah bisa bukan?
Sebaliknya, kita lebih sering menempatkan orang-orang yang tidak penting dalam posisi orang penting. Seperti ketua RW yang suka minta duit agar surat-surat segera ditandatangani, para “wakil” rakyat yang kerjanya cari untung untuk diri sendiri dan pemerintah yang sibuk korupsi. Tanpa mereka, kita masih bisa hidup, masih bisa beraktifitas dengan baik. Hanya sekali-sekali saja mereka dibutuhkan, ketika memperpanjang KTP atau meresmikan proyek perkerasan jalan di kampung. Bahkan kalau dipikir-pikir, tanpa mereka, hidup bisa justru jauh lebih baik. Tidak perlu ada uang sogokan, uang terima kasih, salam tempel dan kursi yang harus disewa khusus untuk orang-orang tidak penting ini.
Jadi mulai saat ini, tempatkanlah mereka yang penting pada tempatnya. Persilahkan duduk di depan kepada tukang sampah, pembantu dan ibu pemilik warung lusuh. Perkenalkan kepada seluruh undangan dengan menyebutkan nama lengkap dan apa jasa-jasa mereka buat anda. Sebaliknya, para pejabat pemerintah yang tidak penting, tempatkan saja di kursi paling belakang, katakan kepada mereka (seperti kata anak muda zaman sekarang): “Penting ga’ seeeeh lw?”
Mungkin kita sendiri merasa sebagai adalah orang penting, entah di tengah keluarga, lingkungan pekerjaan, komunitas dan bangsa. Tapi benarkah demikian? Jangan-jangan, keluarga, tetangga, rekan kerja dan aparatur negara justru merasa bahwa tanpa anda, hidup mereka jadi lebih baik, pekerjaan mereka jadi jauh lebih ringan?
Tidak mau membantu melakukan pekerjaan di rumah, tidak pernah terlibat dalam kegiatan lingkungan seperti arisan atau gotong royong dan menjenguk tetangga yang sakit, suka membebankan pekerjaan pada bawahan dan rekan kerja yang lain, melanggar peraturan di jalan raya, korupsi? Ini artinya anda tidak berguna, bukan orang penting!
Jadi kalau lain kali anda dipanggil untuk meresmikan kantor cabang, menjadi pembicara dalam pertemuan lingkungan, disuruh duduk di kursi paling depan, pikir dulu: “Penting ga seeeeh gw?”
Salam orang ga’ penting!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H