Benar sekali! Inilah kekuatan sejarah dan kekuatan sastra.
Kesempatan kali ini saya tidak ingin membahas politik, melainkan sastra. Sastra memiliki peranan penting dalam menghubungkan masa lalu dan masa kini, di mana masa lalu dapat membantu masa kini, dan yang mati dapat menyelamatkan yang hidup.
Pada Rabu, 15 Januari 2025. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Korea Selatan, presiden yang sedang menjabat dan melakukan darurat militer ilegal akhirnya di tangkap. Artinya, masa kegelapan yang pernah terjadi di tahun 1980 tidak akan terulang kembali. Selain itu, kejadian ini menjadi bukti bahwa masyarakat Korea Selatan sudah lebih baik dari pada masyarakat di 1980-an.
Sastra cenderung lebih berkembang pada masa kegelapan. Kekuatan sastra memungkinkan kita bergerak dari kegelapan menuju cahaya. Seperti pada sejarah masa kelam yang pernah terjadi di Indonesia, ada seorang pejuang beranama Kartini, yang memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia melalui karya sastra—Habis Gelap Terbitlah Terang.
Ketika sastra berkembang, negara juga dapat berkembang. Memang betul, politik dan ekonomi memiliki kontribusi penting bagi pembangunan suatu negara, tetapi sastra adalah fondasi dari semua itu.
Seperti karya sastra berjudul Human Acts—yang meraih Penghargaan Nobel Sastra—dapat memberikan pengaruh dalam politik dan pemerintahan di Korea Selatan, saya berharap Indonesia juga dapat menghasilkan banyak karya sastra hebat dan berpengaruh yang menyentuh hati banyak orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H