Mohon tunggu...
Muhammad Azam El Rahman
Muhammad Azam El Rahman Mohon Tunggu... profesional -

motifator Al Qur'an..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mass Brainwashing Agenda Terselubung di Balik Miss World

2 September 2013   12:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:29 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan.” (HR. Abu Daud dan Baihaqi)

Ketentuan di atas menunjukkan adanya sedikit perbedaan antara pria dan wanita dalam batas aurat dan ketentuan berpakaian. Batas aurat bagi wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. Sedangkan ketentuan berpakaian bagi wanita adalah pakaian harus longgar, tidak transparan dan tidak tipis.

Perbedaan ini bukan untuk merendahkan wanita dan memperlakukannya secara tidak adil. Sebaliknya hal itu menunjukkan Islam menghargai, menghormati dan memuliakan wanita, serta mendudukkan wanita

pada posisi yang sangat tinggi dan mulia. Mengapa demikian?

Secara logika, dengan memenuhi ketentuan menutup aurat sesuai syar’i membuat seorang wanita tidak kelihatan bentuk dan kondisi tubuh, serta bentuk dan warna rambutnya. Hal ini mendorong dan menciptakan kondisi di mana wanita tidak termotivasi untuk berusaha mencapai dan mendapatkan penghargaan dari pihak lain, menilai dan menghargai dirinya sendiri dari, serta berlomba-lomba dalam segi pemampilan fisik, tapi dari segi selain itu, yakni kecerdasan, kepribadian, kualitas pribadi, ketakwaan, prestasi dan amal saleh.

Kondisi ini tidak terbatas berlaku bagi wanita yang bersangkutan saja. Namun juga berlaku bagi wanita lainnya, pria, orang-orang di sekitarnya dan masyarakat dalam lingkup terkecil seperti keluarga dan lingkup yang luas seperti negara.  Semua pihak tersebut akan menilai dan menghargai wanita bukan dari segi penampilan fisik, tapi dari segi lainnya yang antara lain meliputi kecerdasan (IQ, EQ dan SQ) dan prestasi mereka.

Selain itu, di balik Miss World, menurut Mustafa ada agenda tersembunyi semua ajang sejenis, berbagai hiburan dan tontonan yang diproduksi Barat dan para pembantunya ada udang di balik batu (hidden agenda) berupa mass brainwashing (cuci otak besar-besaran) yang diagendakan Barat untuk menanamkan worldview dan isme-isme yang dianutnya ke dalam otak sebanyak mungkin warga dunia. Worldview Barat adalah sekular-liberal. Isme-isme Barat di antaranya materialisme, liberalisme, pluralisme, humanisme, feminisme dan  pragmatisme.

Untuk mendukung agenda cuci otak besar-besaran tersebut, Barat dibantu oleh para “robot-robot” yang berasal dari warga pribumi termasuk dari kalangan Muslimin. Di antara para “robot” yang berkartu identitas Muslim itu adalah mereka yang menyebut diri mereka sebagai kaum liberal. Mereka tidak cukup masuk kedalam dan menggunakan bidang studi Islam – dengan memakai metodologi keilmuan dari Barat dan Kristen dalam melakukan pembacaan dan penafsiran yang baru dan nyleneh terhadap Al-Qur’an dan Hadits -., tapi mereka juga masuk kedalam dan menggunakan bidang politik, pendidikan, sosial dan budaya.

Dalam bidang politik, di Indonesia mereka masuk kedalam partai politk-partai politik, DPR dan atau melobi anggotanya, masuk ke dalam Kementrian Agama dengan dibentuknya Kelompok Kerja Pengarus-utamaan Gender dan Tim Penyusun Counter Legal Draft KHI, dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dalam pendidikan, mereka memasukkan worldview dan isme-isme Barat kedalam pesantren dan kedalam kurikulum dan buku-buku pegangan mulai pendidikan menengah hingga pendidikan tinggi Islam maupun umum. Dalam bidang sosial antara lain mereka mempromosikan kebebasan wanita dalam menentukan orientasi seksual, untuk menikah atau tidak, menikah dengan sesama jenis kelamin, untuk tidak menyusui anak, dan mentalak suami. Dalam bidang budaya antara lain mereka mempromosikan kebebasan wanita dalam berpakaian dan berekspresi.

Mereka yang telah menjadi korban cuci otak tidak mengherankan berpikir, berpendapat, bersikap dan bertindak liberal (bebas). Bebas dari Tuhan dan dari nilai-nilai ajaran yang dibuat-Nya.  Satu bukti sederhana yang dengan mudah bisa dilihat di TV, di jalan-jalan dan di tempat-tempat umum seperti tempat berbelanja hingga di desa-desa adalah semakin banyak kalangan perempuan Indonesia dari anak-anak hingga dewasa, baik yang beragama Islam maupun lainnya yang berpakaian tapi telanjang seperti memakai baju ketat, baju you can see, rok mini, celana ketat dan celana pendek. Masyarakat pada umumnya tidak ketinggalan juga terkena imbas cuci otak sehingga menganggap biasa, bahkan layak, baik dan benar wanita yang berpakaian tapi telanjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun