Mohon tunggu...
Sarah Narumi
Sarah Narumi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Stunting di Lingkaran Kemiskinan: Peran Vital Air Bersih yang Sering Diabaikan

1 Desember 2023   21:45 Diperbarui: 6 Desember 2023   17:35 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga beraktivitas di pemukiman padat penduduk di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Minggu (28/7/2019). Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tak hanya berdampak bagi tumbuh kembang satu orang anak, kondisi stunting yang tak kunjung teratasi mampu mempengaruhi satu generasi yang akan menjadi penerus bangsa. Selain asupan makanan yang kurang bergizi, konsumsi air bersih perlu menjadi perhatian untuk menangani masalah stunting. Namun, bagaimana jika kondisi sosial ekonomi yang rendah menghambat akses terhadap air bersih yang seharusnya universal?

Ekonomi Rendah, Stunting Tinggi

Di tengah berbagai masalah kesehatan yang sedang dihadapi, salah satu isu yang menjadi prioritas nasional hingga global adalah stunting. Meski mengalami penurunan prevalensi menjadi 21,6% di tahun 2022, angka ini masih sangat jauh dari target nasional sebesar 14% di tahun 2024. Stunting merupakan kondisi dimana perbandingan tinggi badan dengan berat badan anak berada di bawah dua standar deviasi atau lebih berdasarkan median Standar Pertumbuhan Anak WHO. 

Kejadian stunting berkaitan erat dengan asupan nutrisi, sanitasi, dan kondisi sosial. Salah satu faktor sosial yang berkontribusi dalam mengakibatkan stunting adalah status sosial ekonomi yang rendah. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan berkurangnya kesempatan bagi individu untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan menengah atau tinggi. Pekerjaan dengan pendapatan yang rendah kemudian membatasi akses terhadap makanan bernutrisi tinggi dan air bersih. Akses yang terbatas selanjutnya dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting pada anak dalam keluarga. 

Pendidikan, pendapatan, dan akses merupakan tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mencegah stunting kembali meningkat. Faktanya, ketiga hal tersebutlah yang menentukan tinggi/rendahnya prevalensi stunting. Hal ini dibuktikan dari penelitian pada tahun 2020 di Kediri menunjukkan bahwa 76% balita yang stunting berasal dari keluarga dengan pendapatan di bawah UMR. 

Penelitian lain yang dilakukan di Bangladesh tahun 2022 menunjukkan bahwa pendapatan yang rendah berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengakses air bersih, yang berperan dalam kejadian stunting pada anak. 

Hingga saat ini, masih banyak masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah yang belum memiliki akses terhadap air bersih sehingga anak-anak dalam keluarganya harus menanggung beban stunting yang mengganggu tumbuh kembangnya jika tidak segera ditangani. Lantas, bagaimana konsumsi air bersih dapat berhubungan dengan kejadian stunting?

Mengapa Air Bersih Penting dan Kaitannya dengan Stunting

Air bersih merupakan komponen vital bagi kesehatan, komunitas, dan ekonomi kita. Kita memerlukan air bersih di hulu untuk menghasilkan masyarakat yang sehat di hilir. Air dapat dikatakan bersih jika memenuhi standar air fisik, kimia dan bakteriologis. Idealnya, air jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Selain itu juga tidak mengandung kuman, serta tidak mengandung zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

Kurangnya air bersih dapat mengakibatkan berbagai macam masalah kesehatan, tidak terkecuali stunting. Sebuah penelitian di Saint Martin, Amerika Utara menunjukkan bahwa anak yang mengonsumsi air bersih cenderung memiliki status gizi yang baik. Sebaliknya, anak-anak yang tidak memiliki akses untuk konsumsi air bersih cenderung memiliki status gizi lebih rendah. 

Selain itu, sebuah penelitian di Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat, seperti kadmium dan arsenik yang melebihi standar pada sumber air minum berhubungan dengan kejadian stunting. 

Arsenik dapat menyebabkan anemia yang dapat melemahkan sistem imun anak, sehingga anak-anak lebih rentan mengalami stunting. Apabila saat hamil, ibu terpapar arsenik, dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, yang mana dapat menyebabkan stunting. Sedangkan, paparan kadmium saat hamil dapat mengganggu nutrisi penting, seperti zink dan kalsium yang mana sangat penting untuk pertumbuhan. Hal ini dapat berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Temuan dari penelitian lain juga menunjukkan bahwa faktor air bersih dan sanitasi berkaitan dengan stunting kurang lebih sebesar 7%. Walaupun tidak begitu besar pengaruhnya, namun faktor air bersih tetap perlu menjadi pertimbangan. Dengan memberikan perhatian khusus pada masalah air bersih, dapat mendorong pencegahan stunting yang lebih kuat.

Krisis Air Bersih dan Jalan Keluarnya

Dengan adanya kekeringan yang berkepanjangan, krisis air bersih di seluruh Indonesia pun bermunculan. Masyarakat di daerah terpencil harus beradaptasi untuk memiliki stok air bersih dengan memperhatikan kondisi ekonominya. Sebagai contoh, komunitas di Desa Rumeon, pulau kecil di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku menerapkan kebiasaan untuk menampung air hujan dengan membangun sebuah reservoir. Kebiasaan lainnya dari penduduk adalah mengambil air langsung dari sumber mata air yang jauh dari pemukiman. 

Bagi yang memiliki kendaraan beroda, pengambilan air mata ini cukup terjangkau. Namun, penduduk yang tidak memiliki kendaraan, terpaksa harus membeli air dari tangki air keliling yang dimiliki desa lain.

Dilihat dari sisi manapun, keluarga miskin tidak memiliki kesempatan bahkan kemampuan yang cukup untuk mendapatkan air bersih tanpa bantuan pihak lain dalam hal lebih , yaitu pemerintah. Pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk menurunkan risiko stunting di Indonesia, baik itu menjadi inisiator atau mediator upaya gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) di daerah yang masih belum memiliki air bersih. 

Maka dari itu, pemerintah diharapkan untuk bisa mempercepat pemberian suplai sanitasi dasar, perlindungan terhadap sumber air minum yang berkualitas, dan mempromosikan kesadaran masyarakat untuk memanaskan air hingga mendidih sebelum dikonsumsi.

Stunting di lingkaran kemiskinan bukan hanya tantangan kesehatan, melainkan juga cerminan ketidakadilan sosial yang memerlukan perhatian. Penanganan stunting tidak hanya terfokus pada asupan gizi, tetapi juga harus memprioritaskan akses air bersih, terutama di komunitas berpendapatan rendah. Perlu adanya intervensi untuk penyediaan sanitasi dasar dan melindungi sumber air minum, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konsumsi air bersih dan sanitasi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.

Penulis: Khairunnisa Cahya P., Ronauli Margaretha S., Sarah Narumi

Referensi

Agustin, L. and Rahmawati, D. (2021) ‘Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Stunting’, Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 4(1), pp. 30–34.

Hahury, H.D., Louhanapessy, F.H. and Rumalolas, A. (2022) ‘The Poor’s Coping Strategies in Overcoming Water Scarcity in Small Island, Eastern Seram Regency, Maluku’, Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 10(1), pp. 44–57.

Jubayer, A., Islam, Md.H. and Nayan, Md.M. (2022) ‘Child-sensitive water, sanitation, and hygiene composite score and its association with child nutritional outcomes in St. Martin’s Island, Bangladesh’, SAGE Open Medicine, 10, p. 20503121221095966.

Kwami, C.S. et al. (2019) ‘Water, sanitation, and hygiene: Linkages with stunting in rural Ethiopia’, International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(20), p. 3793. doi:10.3390/ijerph16203793. 

Nizaruddin, N. and Ilham, M.I. (2022) ‘The Effect of Sanitation on Stunting Prevalence in Indonesia’, Populasi, 30(2), p. 34.

Oginawati, K. et al. (2023) ‘The associations of heavy metals exposure in water sources to the risk of stunting cases’, Emerging Contaminants, 9(4), p. 100247. doi:10.1016/j.emcon.2023.100247. 

WHO (2015) Stunting in a nutshell. (Accessed: 23 October 2023).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun