Mohon tunggu...
Saramindi
Saramindi Mohon Tunggu... -

a simple thinker: http://thetwoseasons.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Pinggir Telaga Sunyi

23 Februari 2016   17:24 Diperbarui: 23 Februari 2016   17:57 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia tersenyum,” I’ll be gone for at least a week. Can you not looking for me? I’ll be back with him.”

Janji yang kuyakin tak akan sanggup dia penuhi. Tapi aku hanya mengangguk. Aku lelah, lelah bercumbu dengan harapan palsu.

##############

Tiga malam berlalu. Aku masih setia kembali ke telaga sunyi. Mengenangmu. Alam bawah sadarku masih berharap kau muncul tiba-tiba dan mengajakku pulang. Tapi tiga hari ini aku sendirian. Tak lagi ditemani si lelaki muda. Tiba-tiba aku merindukannya. Apakah dia telah mengusirmu dari hatiku? Tidak, tidak. Dia masih sama, si lelaki muda yang naif.

Malam ketujuh, si lelaki muda masih belum kembali. Dan aku masih sendiri, setia kembali ke telaga sunyi ini. Mengenangmu, berharap kau kembali. Dan kadang juga berharap bisikan lembutnya mengatakan “it’s time,” atau “it’s late. Time to go back.” Kemudian aku terperangkap dalam kebingunganku sendiri, mana yang lebih kurindukan, kamu atau dia.

Malam ini aku tidak langsung pulang. Kubelokkan mobil ke apartemennya. Oh tentu, aku punya akses. Yang sebelumnya tak pernah kupakai. Apartemennya sederhana. Sangat khas apartemen seorang pria muda sukses yang down to earth; bersih, elegant, but not luxurius.

Setengah tergoda, kulirik kamarnya. Kubuka perlahan pintu dengan model cina pertengahan itu. Sebuah layar monitor 56′ menyambutku. Apa yang ditayangkan di monitor itulah yang mengejutkanku. Layar itu terbagi dua. Di kaki layar, aku melihat kelebatan gambar-gambar si lelaki muda sedang bercengkrama mesra dengan seorang wanita cantik, di pinggir telaga sunyi.

Sedangkan di layar utama, si lelaki muda berdiri membisu menatap telaga. Wanita yang sama, dengan setia menemaninya, menatap ke tengah telaga yang dipenuhi daun teratai. Telaga sunyiku. Tapi bukan, itu bukan telaga sunyi yang sekarang. Telaga yang sama, aku yakin. Errr, lima tahun lalu? Dan si lelaki muda juga banyak berubah, tapi aku tetap bisa mengenalinya. Lalu siapa perempuan itu, perempuan cantik yang bercengrama mesra dengannya itu?

Aku tak tahan lagi. Rasa cemburu membakar hatiku. Kutekan tombol power di sisi monitor, kemudian berlalu meninggalkan kamar. Hatiku terluka lagi. Setelah kepergianmu, aku tak tau jika hati ini masih sanggup menerima luka yang sama.

“Tidak, tak kan kubiarkan mereka merebutmu dariku,” suara penuh tekad itu terasa familiar di telingaku. Aku menoleh ke belakang. Ternyata monitor yang tadi kukira kumatikan, tidak langsung mati. Perlahan kecerlangannya berkurang. Dan aku hanya bisa ternganga menyaksikan adegan sisanya. Aku menyaksikan diriku menghancurkanmu, menghancurkan kita ~

Saramindi, Jakarta 06 April 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun