Mohon tunggu...
Adi Pujakesuma
Adi Pujakesuma Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

KEBENARAN HANYA MAMPU DILIHAT MELALUI MATA KEMATIAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bocah Pedagang Manisan Buah Kedondong, Tak Semanis Realita

31 Januari 2018   07:28 Diperbarui: 31 Januari 2018   08:05 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocah Pedagang Manisan Buah Kedondong, Tak Semanis Realita (Dokumentasi Pribadi)

Pemandangan heroik ini saya dapatkan sepulang mengantar anak dari pergi berobat. Peristiwa terjadi pada Selasa, 30 Januari 2018, sekitar pukul 12.30 di depan teras sebuah pusat perbelanjaan Mall Panakkukang populer dengan sebutan MP Makassar. Kawasan ini memang menjadi destinasi perbelanjaan kaum beradab.

Pengusiran dilakukan pihak sekurity MP terhadap seorang bocah pedagang manisan buah kedondong yang sedang duduk di tangga keluar masuk sebuah pusat perbelanjaan terkemuka tersebut, memang tidak secara paksa, tetapi tetap saja itu sangat menyakiti perasaan orang tuanya apabila menyaksikan peristiwa luar biasa tadi.

buah-dong2-5a7115becf01b4409b361ea2.jpg
buah-dong2-5a7115becf01b4409b361ea2.jpg
Bocah ini disuruh pindah tempat oleh sekuriti(dokpri)

Menyaksikan aksi tersebut seketika saya kehabisan kata dan nyaris menitikan air mata. Ternyata pedagang kecil yang tidak mampu menyewa tempat serta membayar pajak harus terusir dari pusat perbelanjaan mewah itu. Sementara, saya sendiri tidak bisa membantu banyak untuk memborong semua dagangan bocah tadi.

Pasalnya sebagai Aparatur Sipil Negara memiki kemampuan terbatas. Silahkan dikritisi tulisan ini, demi kebaikan kita semua.

Pegawai kecil seperti saya ini saja harus meminjam uang tetangg untuk sekedar membeli beras, terlebih mengulurkan bantuan berupa membeli dagangannya pun berat rasanya. Keterbatasan itu karena gaji sebagai pegawai negeri terpotong kredit di bank, sedangkan anggaran belanja kian meroket dua kali lipat. Celakanya pendapatan pegawai juga merosot.

Hal yang tak kalah penting di dunia pendidikan sekarang lebih banyak bersifat komersialisasi, sehingga banyak anak-anak yang otaknya encer memilih tidak melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi, mereka kalah bersaing dengan anak-anaknya pejabat berkantong tebal, lantaran orang tuanya Borjuis.

buah-dong3-5a711643cbe5235d8e212992.jpg
buah-dong3-5a711643cbe5235d8e212992.jpg
Bocah pedagang manisan (dokpri/adi)

Artinya banyak orang sukses menduduki jabatan karena banyak uang. Orang jujur berotak encer dengan penghasilan pas-pasan tiada tempat baginya.

Setelah menunggu agak lama Bus Rapid Transid (BRT) jurusan Sudiang yang kami nantipun tiba. Ketabahan bocah pedagang manisan buah kedondong itu hanya bisa saya abadikan dan berbagi cerita dalam media sosial sebagai bahan pertimbangan pembaca apabila menyaksikan sendiri kesabaran bocah penjual kedondong ini, intinya bocah itu tidak mengemis, tentu lain perlakuannya.

Andai disuruh bertukar nasib dengan anak itu belum tentu sanggup menjalani kehidupannya. Bagi penumpang BRT atau pengunjung Mall MP apabila menjumpai bocah ini tolong sisihkanlah duit kalian untuk membelinya barang sebungkus atau dua bungkus, untuk meringankan beban hidupnya mencari penghidupan.

Saya sengaja menulis ini selain sebagai pelajaran untuk diri sendiri juga pelajaran untuk para koruptor, kalian tidak hidup sendiri, tidak ada salahnya berbagi rejeki. Anak itu mengalami tekanan hidup begitu berat, tatapi masih bisa tersenyum.

Sementara kita kerja di dalam ruangan ber-AC dengan fasilitas terbilang cukup lumayan masih saja ada "oknum" memperkaya diri sendiri serta kolega dengan markup proyek senilai miliaran rupiah. 

Selain korup, disebuah Lembaga Pemerintah/Instani masih ada rasa saling iri, dengki, serakah. Padahal itu semua ibarat kentut, bau tanpa bekas kok saling sikut.

Lembaga Pemerintah/Instani/organisasi tidak aka akan pernah maju, apabila dihuni SDM gontok-gontokan saling sikat demi sebuah jabatan duniawi belaka, belajarlah bertahan hidup dari bocah pedagang manisan buah kedondong, meski tidak nyolong baru mau menjajakan dagangan harga murah meriah, diusir kesana-kesini. Alangkah sucinya tangga buat lalu-lalang orang berjalan itu.

Fenomena saat ini terbalik, melihat pihak bersalah karena banyak uang masih mendapat perlakuan manusiawi. Sementara orang baik, bondo nekat alias Bonek harus menerima motif perlakuan tidak manusiawi dan terpaksa mangkal di tempat berbau air got.

Mengulik amanah pasal 34 Ayat 1 UUD 1945, berbunyi 'Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara'belum tepat sasaran.

Bocah pedagang manisan buah kedondong ini misalnya, dia tidak merasakan dipelihara negara itu seperti apa. Justru koruptor keluar masuk penjara itulah yang merasakan nikmatnya dipelihara negara.

Justru Aparatur Sipil Negara "nakal" rasanya pantas mendapat label dipelihara oleh negara. Sejujurnya bocah pedagang manisan buah kedondong ini lebih hebat dari ASN, belum puas terima gaji bulanan, terkadang masih kurang bersyukur !!!.

31 Januari 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun