Suporter sepak bola Indonesia, tidak melulu berprilaku buruk kok, mereka juga memilki kebaikan, antara lain;
- Kompak atau solid di dalam stadion.
- Tidak eman-eman atau "sayang" mengeluarkan uang, berapa pun harga tiketnya, akan selalu dibelinya demi menyaksikan team kesayangannya bertanding.
- Tidak pernah berhenti berteriak, melompat-lompat memberi dukungan di dalam stadion.
- Bangga akan team kesayangannya, sangat antusias dan bersemangat jika diajak ngobrol masalah team yang dibelanya.
- Atraksi unik menghibur penonton.
Kekurangan dari suporter sepak bola Indonesia;
- Anarkis dan atraktif dalam setiap kondisi, dalam artian begitu ada hal-hal yang tidak disukainya langsung dijadikan bahan kekerasan, hal ini terjadi saat team "kesayangannya" menelan kekalahan.
- Tabiat anak kecil, seorang dewasa sekalipun akan terpancing emosinya jika team kebanggaannya diumpat dan dimaki-maki supporter lain, padahal ia tahu sendiri rekan-rekan sesama supporternya juga sering melakukan umpatan kepada supporter lain.
- Mudah terprovokasi dan terpancing emosi di luar dan di dalam lapangan.
- Bagai dua sisi mata uang yang "RUMIT" seperti hubungan Aremania dan Bonex, Jakmania dan Viking Bobotoh, antar mereka susah sekali akur, semua mengganggap paling baik dan superior, padahal intinya sama saja tidak ada yang benar-benar baik, sama-sama mudah terprovokasi, hal ini sebernarnya bisa dipecahkan dan tidak menjadi rumit jika saling damai, dimulai dari masing-masing kelompok supporter dengan tidak saling menghujat.
- Menyalakan petasan dalam stadion dengan tujuan mengganggu jalannya pertandingan.
- Konvoi kendaraan di jalanan sambil berteriak-teriak sambil mengumpat di jalan raya.
- Arogan, menebar ujaran kebencian terhadap orang atau seseorang asal dari daerah team yang mengalahkan team yang dibelanya. Misalnya Persib Bandung mengalahkan Arema FC. Lantas orang-orang Bandung yang merantau di Malang dibenci bahkan dimusuhi. Â Jika ini terjadi maka perbuatan ini tergolong pengecut! dan seterusnya.
Fanatisme penonton Indonesia memang terkenal berisik dan bising. Banyak pemain terintimidasi. Meski begitu, hal tersebut juga menjadi boomerang bagi tuan rumah, karena tidak sedikit team sulit mengembangkan permainan karena tuntutan supporter. Karena apa? Karena mengumpat itu mudah dari pada melakoninya.
Memang sih ini belum menggambarkan secara keseluruhan dari wajah dan kondisi suporter sepakbola Indonesia secara keseluruhan, karena sebernarnya suporter sepakbola indonesia itu sangat majemuk sekali. Ini hanya sedikit mewakili secara garis besar saja.
Jati diri bangsa ini terletak pada perbuatan bangsanya sendiri, emosi meledak-ledak akan membuahkan petaka, berburuk sangka terhadap seseorang/supporter, komunitas yang bukan berasal dari daerahnya. Sungguh kerdil pemikiran kolot ini, sangat tidak mencerminkan dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.
Kasus kerusuhan antar supporter ini sangat tidak terpuji, sepatutnya menjadi pelajaran bagi "penyembah" anarkisme, bahwa provokator itu pengecut. Rusuh di stadion, itu tergolong menodai sportivitas sepakbola Indonesia.
Posisi supporter masih dibutuhkan, tanpa memandang Suku, Antar Ras dan Agama (SARA). Setidaknya perbedaan itu indah, jangan dipecah belah. Â Bagaimana pendapat kalian?
24 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H