Korupsi di indonesia bukan lagi barang memalukan, tetapi juga dianggap kurang menyeramkan unsur kekerasan. Salah satu penyebabnya sedikitnya kekuatan itu adalah minimnya unsur kekerasan nyali anggota masyarakat. Apalagi jika tumbuh fenomena, bahwa yang dikorup dan yang mengkorup atau yang disuap dan yang menyuap sama-sama menikmati permainan tercela ini, maka korupsi menjadi kejahatan tanpa korban atau victimless crime.
Korupsi memang kejam hingga tega memakan korban bagi mereka yang membeci korupsi, Novel Baswedan dan petinggi KPK sudah merasakan getirnya, mereka diintimidasi hingga dikriminalisasi tanpa pengawalan maksimal, seakan sebagai kelinci percobaan pembunuhan didalamnya. Mengapa nyaris ‘mustahil’ memberantas korupsi? pertanyaan besar ini muncul lintas zaman, setiap kali lembaga kepresidenan membentuk institusiuntuk memerangi korupsi, tiap kali pula keraguan publik mencuat. Upaya pemberantasan korupsi bersaing dengan upaya korupsi itu sendiri. Intinya mengapa memberantas penyakit itu demikian sulit? Karena hukum yang mudah dibeli!.
Pantun penutup:
“Jalan-jalan ke kota Makassar
Tak lengkap tanpa singga Losari
Buat apa koar-koar ala sendal jepit di mimbar
Kalau Birokrasinya bermental TERI!”
14 April 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H