Kompasiana dengan media online lain sangat berbeda, bedanya, pada media warga seperti Kompasiana, tanggung jawab ada pada penulisnya alias si (Kompasianer), kok malah menelikung dari dalam. Hadirnya Kompasiana, bertujuan bukan semata-mata memfitnah atasan atau kolega, tetapi mengungkap kebrobrokan sistem koruptif yang mengingkari keadilan.
Begitu tidak etis perang urat syaraf sesama kompasiner, karena jika dilakukannya dengan penuh kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun, artinya kita saling membunuh sesama kompasianer. Sangat jelas ini bukan tradisi kompasiana “melindungi” pecundang, dengan menghapus akun tersebut. Dengan kata lain tega mengingkari hati nurani dan cita-citanya sendiri yang menginginkan Kompasiana menjadi media paling berpengaruh.
Jujur, tulisan saya juga beberapa kali dihapus, karena dari penilaian Admin melebihi porsi yang ditentukan Kompasiana, setidaknya penghapusan tersebut jangan dijadikan pelampiasan kemarahan, justru memperbaiki kekurangan dari tulisan tersebut, kompasiner juga tidak mendapat uang dari artikel tayang tersebut, jadi ya santai saja bung Rahmat. Apalagi tindakan menyudutkan Admin menjadikan kita “kerdil” yang lebih mengandalkan otot ketimbang otak.
Admin kompasiana juga manusia punya rasa punya hati jangan samakan dengan robot. Janganlah sengaja menciptakan perang terbuka sesama Kompasianer. Itu masalah internal kompasiana, biarlah diselesaikan dengan caranya sendiri. Jadi, jika Admin membekukan user tentu ada alasannya, mereka profesional bung Rahmat bukan memposisikan dirinya sebagai media paling berpengaruh terhadap kekonyolan seorang Rahmat. Saya bukan membela salah satu pihak, akan tetapi langkah Admin yang membekukan Kompasianer hak prerogatif mereka, jadi jangan marah atau benci.
Ketika suatu saat akun saya dibekukan oleh Admin Kompasiana tidak menjadi masalah besar, sebab dibalik pembekuan aktivitas tersebut tentu menyimpan makna bahwa telah menyalahi kode etik jurnalistik sehingga SUSPEND harus dilakukan agar tidak mencoreng kredibilitas Kompasiana dan Kompas Group.
Sebagai salah seorang Kompasianer yang begitu saya hanya ingin mengingatkan kembali kepada sesama kompasianer untuk tidak melakukan kekonyolan seperti sahabat kita Rahmat Kartolo, sebab tindakan pembekuan tidak hanya dialami Rahmat sendiri, Admin sudah melakukan pembekuan terhadap beberapa kompasiner sebut saja opa Axte99 yang benar-benar mengalami musibah yang sama. Sebagai kompasianer sejati seharusnya mampu bersikap dewasa, netral dan mengerti tentang visi dan misi Kompasiana. Bukannya Admin pilih kasih terhadap akun-akun “manja” yang memecah belah Kompasiana.
Demikian surat terbuka ini saya tulis dengan penuh kesadaran, dan prihatin melihat akun-akun yang dibekukan Admin Kompasiana, ini dilakukan agar komentar-komentar para kompasianer tidak kebablasan untuk kembali ke jalan yang benar.
Semoga kasus Rahmat Kartolo di Kompasiana mampu menjadi pelajaran berharga bagi kompasianer, termasuk saya sendiri dan seluruh jajaran admin Kompasiana untuk selalu berpegang teguh pada rasionalitas dan hati nurani. Jika ada tutur kata, kosa kata dan tata bahasa yang tidak berkenan, mohon di ma’afkan yang sebesar-besarnya. Harapan saya, semoga kedepan kompasiana makin eksis, lebih lantang melebihi portal berita daring lain dalam hal amar ma’ruf nahi munkar. Salam Kompasianer
19 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H