Tanggapan sinis pasti akan menghampiri bagi umat yang akan menuliskan kembali kemuliaan Nabi Muhammad SAW, sebuah tanda-tanda kiamat sudah didepan mata, umat sekarang lebih mengidolakan Lady Gaga, Madonna, Syahrini, Inul Daratista, Cita Citata, Nikita Mirzani, Agnes Mo, Luna Maya dan lain-lain. Syah-syah saja mengidolakan mereka akan tetapi jangan sampai melupakan idola umat muslim sedunia Muhammad SAW.
Seperti yang dicontohkan Muhammad, jika hinaan dibalas dengan hujatan, lalu apa bedanya antara orang yang dihina dan orang yang menghujat. Reaksi yang berlebihan terhadap penghinaan akan membuat stigma yang lebih buruk terhadap umat Islam. Jika stigma kekerasan itu mencuat, yang bertepuk tangan adalah para provokator yang tidak senang dengan perdamaian.
Tidak sedikit orang yang menginginkan terciptanya permusuhan antara umat beragama, Rohingya contohnya. Rasululloh rela dicaci maki, dihina, ditimpuk kotoran hewan bahka dikencingi, akan tetapi Rasul akan sangat marah, serta tidak segan-segan melakukan jihad terhadap penista Islam, akan dibela mati-matian begitu melihat kaum muslim dilecehkan, dibunuh, di bumi hanguskan, tanpa memandang materi juga tidak memandang daerah teritorial negara. Intinya akan dibela hingga titik darah penghabisan kaya miskin, tua muda, antar negara. Saudara seiman ibarat tubuh kita apabila salah satu tubuh sakit maka tubuh yang lain turut merasakan kepedihan.
Nabi saja sudah memberi contoh, masak kita sebagai umatnya pada masa bodoh, cari selamat masing-masing, malah memicu perselisihan sesama muslim. Daripada membalas hujatan dengan kecaman atau bahkan dengan pembunuhan akan lebih baik jika kita mengajak berdialog orang yang melakukan penghinaan. Dengan begitu, bukan mustahil orang yang tadinya menghina akan berbalik menjadi sahabat yang setia seperti yang tertera dalam Alquran surat Fushshilat (41): 34.
Kita tentu tidak bisa membiarkan seseorang bersosok Hitler atau Westerling menjelma menjadi perusak begitu saja hendak memadamkan cahaya Allah di bumi Rohingya. Jika dibiarkan begitu saja, perbuatan mereka makin menjadi-jadi. Kita mesti berbicara dan bertindak. Namun sebelum tindakan tegas dilakukan kita mesti mengedepankan tindakan persuasif, karena sudah menyangkut ranah Asia Tenggara.
Jika tindakan persuasif tidak juga mampu meredam kelakuan mereka, barulah kita bertindak tegas kepada mereka. Ada dua kasus di mana sahabat Nabi membunuh orang Yahudi yang terus menerus melontarkan penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Tindakan tegas tersebut dilakukan karena para sahabat Nabi berfikir jika penghinaan tersebut terus-menerus dibiarkan begitu saja, bukan mustahil mereka akan mencari jalan untuk membunuh Nabi Muhammad seperti yang telah dilakukan nenek moyang mereka terhadap para Nabi dan Rasul Allah.
Nabi Muhammad yang berkpribadian mulia menginginkan umatnya memiliki akhlak yang mulia pula. Banyak sekali hujatan dan penganiayaan yang beliau terima, tapi Nabi Muhammad tidak segan-segan menghunuskan pedangnya begitu melihat kedzaliman terhadap Agama khususnya Islam. Rasululloh sosok yang mampu mengatasi ujian tanpa harus kehilangan kemuliaannya. Mampukah pemimpin sekarang mengadopsi perilaku Muhammad setidaknya mendekati sudah sangat hebat.
Mungkin kedengarannya aneh jika atikel mengisahkan akhlak nabi Muhammad dan penistaan agama seperti ini masih dikatakan koar-koar doang tanpa makna, dengan adanya berbagai komentar miring dan memang di dunia maya apapun yang diunggah akan menuai berbagai komentar dari “hatters” dan “lovers” di dunia maya itu sudah menjelma sebagai dunia nyata apaun pasti terjadi, karena berkat media sosial orang merasa bebas mengomentari apa saja tanpa memandang regulasi ITE. Tapi begitulah kenyataannya.
10 Desember 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H