Mohon tunggu...
Sarai Casandra Marpaung
Sarai Casandra Marpaung Mohon Tunggu... Lainnya - Owner Bisnis Online Handmade Accesories

Hallo semuanya, perkenalkan saya gadis sederhana yang suka membaca cerita fiksi atau lebih tepatnya cerita halu selain novel saya juga suka cerita bergambar seperti komik dan buku dengan ilustrasi

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Kabut Suci Gereja

30 Juni 2024   18:32 Diperbarui: 30 Juni 2024   18:50 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar semua ocehan yang tidak masuk akal tersebut Guhan merespon dengan lucu dan hampir tidak percaya akan tetapi tidak bisa ditutupi bahwa dia menjadi bersemangat untuk mencari tahu kebenaran dibalik cerita konyol itu. Keesokan harinya tepat sepulang dari ladang, Guhan memutuskan untuk mencari lokasi gereja kabut suci itu sendirian. Dia berencana untuk kembali sebelum sore menjelma menjadi malam. Dengan durasi dua jam pasti sudah lebih dari cukup untuk menemukan bangunan gereja tersebut. 

Beranjak dengan tergesa-gesa Guhan menuju hutan kecil di belakang mata air. Jika berdasarkan ramalan cuaca sore hari ini akan turun hujan ringan meliputi wilayah tersebut. Jadi kemungkinan kabut akan turun dan Guhan pun pasti akan melihat bangunan gereja tersebut. Dalam keheningan yang hanya ditemani oleh suara binatang kecil Guhan berjalan santai menuju ke dalam hutan. Tidak ada yang aneh setelah berjalan lebih dari 20 menit. Akan tetapi ketika memasuki wilayah tengah hutan tiba-tiba saja Guhan mendengar suara bisik-bisik aneh yang tidak jelas. 

Bisa jadi itu adalah suara binatang liar Guhan mencoba berpikir logis sebisa mungkin. Tidak lama kemudian hawa dan udara sekitar Guhan berubah menjadi dingin dan semakin menusuk tulang daging. Benar saja kabut telah turun bersama dengan gerimis hujan dan dalam sekejap meliputi lokasi hutan tersebut.

Guhan mencoba untuk tetap berjalan menyelusuri jalan setapak yang bentukannya sudah mulai hilang. Hingga pada akhirnya Guhan menyerah karena kondisi kabut sangat tebal bahkan cahaya senter pun tidak bisa menembus kabut itu dan didukung oleh jalan setapak yang sudah tidak terlihat lagi belum lagi udara dingin yang tidak main-main. Kemungkinan suhu sudah mencapai sepuluh derajat gumam Guhan dalam hati. Ketika hendak kembali Guhan kembali senyap-senyap mendengar suara bisikan di sana sini tidak jelas arah sumbernya. Namun suara bisikan kali ini cukup berbeda karena suara tersebut semakin lama semakin terdengar jelas. 

suara tersebut berubah menjadi kumpulan paduan suara yang menyanyikan sebuah lagu aneh dan tidak jelas bahasanya. Mungkin lebih cocok seperti mantra panjang yang dinyanyikan oleh sekumpulan orang. Guhan pun mengikuti paduan suara tersebut ditengah tebalnya kabut. sudah berapa lama Guhan berlari kecil ke sana dan sini sambil mengejar suara nyanyian itu dan tidak tahu bagaimana tiba-tiba saja Guhan sudah berada di tepi jurang kecil. Hampir saja dia tidak melihat bahwa jalan sudah habis dan hanya jurang yang ada didepan nya. Namun di sisi lain suara-suara nyanyian tersebut sudah sangat jelas terdengar.

Suara tersebut berasal dari seberang jurang kecil ini. Gerimis hujan mulai reda dan demi sedikit kabut mulai menipis tapi tidak menghilang dan menyisakan pemandangan yang ditunggu-tunggu oleh Guhan. Sekarang apa yang di cari oleh Guhan sudah ada di depan matanya. Terlihat jelas bahwa gereja kabut suci itu berdiri kokoh dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Namun semakin menipis kabut yang menjadi penghalang pemandangan semakin nyata bahwa gereja tersebut di kelilingi oleh kuburan. Gereja tersebut berdiri ditengah ratusan kuburan berwarna hitam gelap. Tidak ada yang tahu itu kuburan apa dan siapa saja orang yang dikuburkan disana dan bagaimana kuburan dan gereja itu bisa berada disana. Tetapi yang pasti suasana sudah berubah sangat mencekam diliputi udara dingin dan sisa-sisa air gerimis. 

Tangan Guhan bergetar sangat hebat, senter yang dia pegang hampir saja jatuh ke dalam jurang. Dengan ragu-ragu dia mencoba mundur kebelakang secara perlahan-lahan. Namun kembali lagi dia melihat sesuatu yang membuat dia ingin berteriak meminta tolong dan pergi keluar meninggalkan hutan tersebut saat itu juga. Sekarang gereja itu dipenuhi bola api yang terbang menghiasi atap bangunan tersebut. 

Melihat pemandangan menakutkan tersebut membuat Guhan yakin bahwa ini bukan gereja normal. Gereja apa yang muncul ditengah kabut tebal dan berdiri di lahan pemakaman aneh. Seperti bukan gereja manusia. Bukan, ini memang tidak untuk  manusia beribadah atau memang untuk beribadah kepada sesuatu yang bukan manusia. Pusing, mual dan sedikit basah itu yang dirasakan Guhan sekarang. Gerimis bercampur kabut mulai turun kembali namun kali ini sang kabut menurunkan sesuatu yang mengerikan.

Guhan sudah berlari lebih dari lima belas menit menjauh dari sisi jurang sejauh mungkin. Mungkin sekitar satu jam lagi dia bisa keluar dari hutan terkutuk ini. Kabut kembali berulah semakin tebal dan semua tidak terlihat, udara juga semakin basah disertai dengan embun tebal dari kabut. semakin Guhan berlari semakin basah dia, dikarenakan embun kabut menimpa permukaan kulit dan bajunya. Kali ini resapan embun tercium sangat aneh, bau amis terasa menyengat di sekitar kulit Guhan. Sampai akhirnya dia sadar bawah rasa basah dan dingin bukan lah embun kabut biasa. Embun kabut telah berubah menjadi bulir-bulir embun darah. 

Wajah dan sekujur tubuh Guhan sekarang di penuhi percikan darah embun. Kabut suci sialan kata Guhan dalam hati. Sekarang turun embun darah pantas saja disebut kabut suci. Darah suci siapa yang mereka korbankan sehingga sebanyak ini kabut darah turun. Sial pokoknya terkutuk sekali kampung dan hutan ini. Guhan terus mengutuk dan memaki tiada henti sambil mengusap wajahnya yang sudah berwarna merah gelap akibat embun darah.

Jika situasi sudah seperti ini, apakah akan berhasil keluar dari hutan ini ? pertanyaan ini terus memenuhi kepala Guhan. Dia sudah sangat ketakutan, kakinya sudah tidak sanggup untuk berlari, dia juga sudah tidak bisa menemukan jalan setapak di awal. Semua kacau yang terlihat hanya kabut suci sialan dan dedaunan dan pepohonan yang bercampur dengan warna merah darah. Guhan yakin sia-sia untuk mencoba mencari jalan keluar. Satu-satunya cara adalah dia berteduh dan mencari pohon besar untuk beristirahat sebentar setidaknya sampai gerimis berhenti dan kabut perlahan menghilang. Guhan pun akhirnya menemukan pohon besar cukup rindang dan terkesan sedikit menyeramkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun