Mohon tunggu...
Sarah Yuki
Sarah Yuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa ilmi komunikasi di Telkom University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Lebih Dalam Mapag Sri, Tradisi Menjemput Padi di Jawa Barat

12 November 2023   23:48 Diperbarui: 13 November 2023   00:07 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenal Lebih Dalam Mapag Sri, Tradisi Menjemput Padi di Jawa Barat

                                                                                             Difoto langsung dari museum Sri Baduga

 

Source : https://images.app.goo.gl/XHXE9MkGTT2tcp2G8

Budaya merupakan kebiasaan atau hal-hal yang diwariskan dari generasi ke generasi yang harus di tradisikan. Museum Sri Baduga merupakan salah satu museum di Bandung, Jawa Barat yang menyimpan cerita dan kisah tentang budaya-budaya yang ada di Jawa Barat. Di museum ini saya tertarik untuk membahas salah satu tradisi budaya, yaitu Mapag Sri.


Mapag Sri adalah budaya yang terdapat di beberapa wilayah Jawa Barat, Indonesia khususnya pada suku jawa dan sunda. Mapag Sri merupakan upacara musiman yang berkaitan dengan kegiatan Bertani sebagai penghormatan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Sri atau Dewi Padi yang memberi sumber kekuatan hidup kepala manusia. Tradisi budaya ini identik di wilayah tersebut karena mata pencaharian atau profesi masyarakatnya identik atau dominan di bidang pertanian. Masyarakat mempercayai jika hendak menuai padi yang telah menguning, sebelumnya beberapa bulir padi yang telah dipungut dan dibentuk seperti dua orang lambang sepasang pengantin yang dipertemukan dan diarak pulang, dengan harapan bahwa padi akan mendatangkan hidup yang bermanfaat bagi yang memilikinya. Hingga kini upacara tersebut masih dilaksanakan di lingkungan kampung adat di beberapa daerah. Biasanya upacara ini diiringi dengan kesenian rengkong dan angklung gubrag. Dalam pelaksanaannya tradisi ini dimjulai dari pagi hari dan semua petani akan berkumpul di kantor desa lalu selanjutnya mereka akan pergi menuju sawah. Setelah tiba di sawah, sesepuh desa akan memotong padi dan kemudian akan dilanjutkan oleh kepala desa. Karena ini termasuk kedalam hiburan juga, makanya kegiatan ini biasanya akan ditutup dengan pertunjukan wayang kulit.

Walaupun zaman sudah semakin maju dan berkembang, Masyarakat setempat tetap melaksanakan kegiatan ini karena mengingat tradisi budaya Mapag Sri ini adalah tradisi budaya dari nenek moyang yang harus tetap dijaga dan diiwariskan. Masyarakat berharap tradisi budaya ini bisa menjadi wisata juga bagi masyarakat dari luar daerah maupun bahkan luar negeri. Apabila hal ini menjadi wisata, maka desa dan budaya mereka akan semakin terkenal dan bisa juga menambah dana pemasukan desa.

Kesimpulannya tradisi budaya Mapag Sri ini masih tetap dilakukan secara rutin dan dijaga tradisinya agar tidak hilang termakan zaman yang semakin lama semakin berkembang. Tradisi budaya Mapag Sri ini diharapkan akan terus diwariskan ke generasi-generasi selanjutnya karena Mapag Sri ini juga menjadi salah satu tradisi dan ciri khas unik yang menjadi penanda wilayah tersebut. Mapag Sri ini juga diharapkan bisa menarik perhatian wisatawan baik dalam maupun luar negeri untuk mengunjungi dan mengenal lebih dalam lagi tentang tradisi budaya ini. Apabila tradisi ini berhasil menjadi objek wisata maka akan menghasilkan banyak manfaat bagi wilayah tersebut seperti khususnya dalam bidang ekonomi desa.

Refrensi
https://cirebon.inews.id/amp/367000/4-tradisi-majalengka-yang-unik-dan-masih-lestari-hingga-kini
https://www.citrust.id/lestarikan-budaya-leluhur-warga-desa-pilangsari-gelar-pesta-panen-mapag-sri.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun