Sebelumnya.
Widya bicara panjang lebar diseberang telepon itu, Bunga mendengar dengan seksama walaupun ia sudah lelah dan telinganya terasa panas hingga…
“Tunangan?”
Mata Lia terbelalak tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar itu, Bunga menutup panggilan telepon itu. Tubuh Bunga lemas seakan tak ada lagi gairah untuk hidup begitu mendengar kabar itu. Pandangan Bunga juga mulai kabur tapi ini bukan karena depresi lebih tepatnya karena ia sudah lapar.
"Gue laper banget nih, kita makan yuk," ajak Bunga tak berdaya.
Sepanjang jalan menuju ke restoran, Lia tak mengeluarkan sepatah katapun, ia tahu kalau Bunga diam membisu seperti ini artinya harinya sangat berat dan Lia tak mau menambah beban di dalam hati Bunga saat ini.
"Kita makan disini ya," ucap Lia seraya memarkirkan mobilnya. Bunga hanya diam saja, ia tak perduli lagi saat ini. Bunga hanya ingin makan saja, mengisi perut yang sudah keroncongan itu. Lia dan Bunga bergegas turun dari mobil. Bunga segera masuk ke dalam restoran sedangkan Lia langsung mengurus makanan yang akan mereka pesan itu.
Bunga duduk sendiri, merenung apa yang baru saja dikatakan oleh mamanya barusan.
Perjodohan anak SMA memang ada ya? Kok Bunga baru tahu ya, Ma.
Itu pesan yang baru saja Bunga kirim ke Widya, mamanya. Antara bingung serta sedih kini tengah bercampuk aduk di dalam hati Bunga saat ini. Ia tak menyangka hal ini akan ia alami. Bunga masih ingin berteman dengan banyak orang bahkan lawan jenis namun rasanya hal ini tak adil bagi dirinya.
"Eh cupu, loe kesini juga ya?" tanya salah seorang siswa SMA yang datang bersama gerombolannya.