Bahasa idealnya Universalisme.
Â
Bahasa peradabannya Pluralisme.
Â
Bahasa kebudayaannya Heterogenisme, atau kemajemukan yg direlakan, dipahami & dikelola.
Â
Metode atau manajemen pengelolaan itu namanya demokrasi. Bahasa ekonomi Maiyah adalah tidak adanya kesenjangan penghidupan antara satu orang atau suatu kelompok dengan lainnya. Terlalu ideal dan utopis, jadi mungkin lebih realistis memakai ungkapan Maiyah adalah proses dinamisnya yaitu menyempitnya atau mengecilnya jarak atau kesenjangan penghidupan di antara manusia. Proses secara sistem kolektif jangan sampai ada yang terlalu kaya sementara lainnya terlalu fakir. Kadar Maiyah semakin tinggi dan kualitatif berbanding lurus dengan semakin mengecilnya kesenjangan itu. Teori Maiyah nasionalisme, selalu ditemukan ada banyak pihak, ada banyak wajah, ada banyak warna, ada banyak kecenderungan dan pilihan. Masing-masing pilihan itu menggunakan warnanya sendiri-sendiri, wajahnya sendiri-sendiri dan kecenderungannya sendiri-sendiri. Setiap ika (tunggal) menghidupi dan menampilkan dirinya masing-masing, sehingga pada semuanya tampak sebagai bhineka (beragam). Berbagai perbedaan itu tidak membuat mereka berperang satu sama lain, karena diikat oleh prinsip ke-ika-an, yakni komitmen kolektif untuk saling menyelamatkan dan menyejahterakan.
Â
Meskipun disebut dengan pengajian, namun  tidak hanya umat Islam saja yang ikut serta, tetapi juga orang-orang dari berbagai agama, sekte, suku, suku, pelajar, LSM, dan orang asing dari berbagai latar belakang. Jamaah Maiyah juga mempunyai frekuensi yang sama, meski nuansanya berbeda. Seperti yang dikatakan Cak Nun, "Acara ini tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja, tetapi bagi umat Islam dan non-Muslim, orang baik dan orang gila, preman dan anak jalanan, bahkan tangan terbuka Cak Nun. Khusus juga bagi masyarakat yang ingin belajar bagaimana caranya menjadi lebih baik. Meskipun benar bahwa "Maiyah bukanlah sekte atau aliran yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintah. Namun Maiyah adalah perkumpulan ilmiah yang mendampingi masyarakat dalam pencarian dan penafsiran kebenarannya, tidak peduli siapa itu siapa. " NU, Muhammadiyah atau organisasi lainnya. Maiyah awalnya didirikan tanpa sponsor atau dukungan apa pun dari negara. Bukan karena sombong atau kurang kesadaran sosialnya, namun masyarakat Maiyah tidak pernah meminta bantuan atau bayaran dari pihak manapun. Selain itu, masyarakat Maiyah juga tidak mencari pengakuan dan publisitas di media sosial.
Â
Sejak awal mulai didirikan, sampai sekarang Maiyah tetap konsisten dengan faham yang sesuai dengan tujuan awal dibentuknya Maiyah. Oleh karena itu, semua kategori sosial  dapat berpartisipasi dalam Maiyah. Anggota baru Maiyah mungkin bingung dengan banyaknya fitur dalam meneliti topik menarik di forum diskusi Maiyah. Hal inilah yang sebenarnya dialami oleh semua jamaah baru Maiyah, karena diskusinya terkesan tidak sistematis. Kesan ini sering muncul karena latar belakang pendidikan sekolah modern yang bias terhadap ilmu pengetahuan.