Mohon tunggu...
Sarah Rezivvon Tinayo
Sarah Rezivvon Tinayo Mohon Tunggu... lainnya -

mahasiswi jurusan Psikologi. suka baca, nulis, denger lagu, dan nonton film. pecinta warna kuning dan anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pakai Rok Mini Bukan Berarti Moral nya juga Mini

7 Maret 2012   05:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:24 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, saya mendengar sebuah talk show di sebuah stasiun televisi tentang pelarangan rok mini di DPR. Seru juga pembahasan rok mini itu. Padahal, kalau dipikir-pikir, rok mini itu lazim dipakai oleh seorang perempuan di kondisi dan situasi yang memungkinkan. Saya pribadi setuju jika seorang anggota DPR haruslah memiliki sikap dan martabat yang terhormat. Punya etika dan moral yang baik. Dan, bisa menjadi teladan bagi sleuruh masyarakat Indonesia. Namun, semua itu tidak tercermin dari pakaian saja, kan? Mendengar talk show tadi pagi, saya kurang setuju sebenarnya dengan pelarangan rok mini di kawasan DPR. Bukan masalah pakaiannya atau siapa yang memakai, tapi saya merasa pelarangan ini langsung menjurus pada wanita. Tidak mungkin kan seorang laki-laki menggunakan rok mini? Sempat saya mendengar ada yang memberi komentar bahwa pelarangan ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa perempuan yang bersalah. Menggunakan rok mini, langsung mengundang nafsu laki-laki. Apalagi, dalam talk show itu, juga sempat ada omongan mengenai banyaknya sampah (maaf) bekas kondom. Masalah apa lagi ini? [caption id="" align="alignleft" width="234" caption="Gambar dari Google"][/caption] Kembali ke topik, soal pelarangan menggunakan rok mini bagi anggota DPR maupun staf nya. Saya pun coba mendengarkan dengan seksama, apa sebenarnya tujuan dibuatnya aturan tersebut. Ternyata, alasannya adalah untuk memperbaiki citra anggota DPR dan lembaga itu sendiri. Dan, entah kenapa, saya langsung berpikir bahwa itu bukanlah cara yang tepat untuk memperbaiki citra sebuah lembaga atau anggota dari DPR. Saya rasa, cara yang paling tepat adalah dnegan memperbaiki kinerja dari seluruh anggota DPR. Buktikan bahwa anggota DPR yang notabene adalah wakil rakyat bisa menjadi sosok ideal ; bersih dari korupsi, salah satunya. Saya membaca di sebuah situs, Rieke Diah Pitaloka, politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai larangan itu tdiak penting. Justru, yang lebih penting adalah memproduksi undang-undang dan peraturan yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Membaca artikel tersebut, saya setuju sekali. Lagipula, kalau ada pelarangan rok mini untuk perempuan, kok tidak ada yang untuk laki-laki? Saya masih penasaran dengan latar belakang pembuatan larangan tersebut. Setelah mencari beberapa artikel di berbagai situs, Marzuki Alie memberikan alasan yang serupa, yaitu untuk menghindari terjadinya tindak asusila. Ia memberi alasan bahwa pakaian mini yang dipakai perempuan akan membuat hasrat laki-laki berubah. Tanggapan saya cuma satu, laki-laki kalau memang udah dasarnya sering berpikiran kotor alias porno, lihat perempuan pakai daster pun hasrat nya bisa berubah. Terkait dengan pelarangan itu, sebenarnya saya pikir, menggunakan rok mini bukan berarti moral nya juga mini lho.. Banyak perempuan yang senang dengan pakaian mini, tapi tetap terlihat anggun, beretika, bermoral, dan cerdas. Lebih baik memakai rok mini, tapi beretika daripada pakaian sopan tapi etika nol besar.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun