Globalisasi yang gencar terjadi saat ini membawa beberapa perubahan dalam kehidupan antar negara. Terlebih dengan adanya globalisasi media, informasi yang menyebar dibeberapa negara menjadi seragam. Terkadang, keseragaman informasi ini juga membawa suatu kebudayaan dari si komunikator. Dalam jangka yang panjang, kebudayaan yang terbawa ini juga menyebar ke beberapa negara di mana informasi itu masuk.
Perkembangan industri hiburan di Korea saat ini sudah sangat maju dan berkembang. Keberadaannya cenderung diterima publik dari berbagai kalangan sehingga menghasilkan suatu fenomena "Korean Wave". Istilah Korean wave biasanya melekat dengan kata lain yaitu hallyu, jadi sering disebut bergantian (Sari, 2021). Fenomena ini dapat dijumpai di Indonesia dan dampaknya sangat terasa di kehidupan sehari-hari terutama pada generasi millennial. Perkembangan teknologi informasi yang masif akibat adanya globalisasi menjadi faktor utama penyebab besarnya antusiasme publik terhadap Korean wave di Indonesia.
Budaya populer adalah budaya yang dibentuk oleh masyarakat yang secara tidak sadar diterima dan diadopsi secara luas dalam masyarakat. Masyarakat membentuk budaya baru dari budaya-budaya yang mereka serap melalui informasi yang mereka peroleh dari kehadiran media global. Popularitas yang diraih oleh budaya Korea terutama dikarenakan unsur apolitikal di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai drama serial yang ditayangkan hanya berkisar pada drama sejarah dan percintaan. Selain itu, nasionalisme juga memegang peranan penting, bahwa media dan pemerintah Korea memainkan peranan aktif untuk menjaga agar hallyu tetap hidup dan berkembang.
Drama korea merupakan salah satu media di mana budaya populer itu terbentuk. Dalam penyebarannya yang kini semakin digemari dikalangan penonton, para penonton merasa bahwa menonton drama Korea adalah suatu kebutuhan, dengan menggunakan media televisi, sehingga hal ini membuat stasiun televisi mampu memiliki peran penting dalam kebutuhan mereka. Hal ini tentu membuat stasiun televisi tersebut semakin mampu mempengaruhi penontonnya, sehingga semakin besar kemungkinan bahwa media dan pesan yang mereka produksi memiliki efek terhadap penonton (Ardia, 2014). Â
Kesuksesan drama Korea tidak terlepas dari kreativitas dan imajinasi yang dikembangkan oleh para pekerja seni. Drama Korea berbentuk cerita bersambung yang biasanya terdiri dari 16 sampai dengan 20 episode. Jika mereka mulai menonton drama pada episode pertama dan tertarik dengan alur ceritanya, maka kemungkinan besar penonton tersebut akan melanjutkannya ke episode selanjutnya hingga selesai. Bahkan penonton tersebut bisa kecanduan jika sudah mulai tertarik dengan drama Korea (Toding, 2021).
Jika melihat bagaimana drama Korea dapat memperoleh keberhasilan dalam menyebarkan Korean wave, terdapat beberapa hal yang menjadi acuan. Pertama, drama Korea hadir di Indonesia pada waktu yang tepat. Kedua, drama Korea menyajikan sebuah cerita yang mudah diterima oleh remaja di Indonesia. Terakhir, serial televisi ini dengan menarik menggambarkan budaya Korea yang dikemas secara modern. Â
Contoh fenomena kasus drama Korea yang sempat hype di masyarakat Indonesia yaitu drama Korea Vincenzo. Vincenzo menjadi salah satu drama Korea yang sudah banyak menarik perhatian para penonton setia drama Korea khususnya kalangan kaum hawa. Dalam drama tersebut mengangkat sebuat tema yaitu mafia, nepotisme, dan kolusi yang dibalut dengan bumbu komedi menjadi sajian utamanya. Masyarakat Indonesia merasa relate dan senang dengan drama ini karena penggambaran bagaimana para koruptor dan mafia dihajar dan mendapatkan hukuman dengan cara ala mafia juga, istilahnya Vincenzo "Sampah membersihkan sampah".
Dalam fenemona kasus drama tersebut membuat Vincenzo menjadi drama Korea yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Menurut penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menemukan bahwa sebelum masa pandemi Covid-19, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu sekitar 2,7 jam sehari untuk menonton drama korea. Di masa pandemi yang tak kunjung usai ini masyarakat Indonesia justru mengalami peningkatan menjadi 4,6 jam per harinya.
Alur ceritanya yang kuat, genre yang bervariasi, dan juga akting dari para pemain yang dapat dengan mudah menangis secara natural menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang menjadi terenyuh hatinya. Selain itu cerita yang ditampilkan sesuai dengan budaya masyarakat pada umumnya. Konsep mengenai cinta sejati, pengorbanan, dan kehidupan lainnya tergambar dalam drama Korea tidak bertentangan terlalu jauh dengan kehidupan yang ada dalam masyarakat Indonesia. fenomena tersebut terlihat dari banyaknya fanbase yang ada, baik di dunia maya maupun dunia nyata dan menjamurnya komunitas virtual pecinta Korea di Indonesia. Â Â
Sumber pendukung:
Sari, Diah. 2021. ANNYEONGHASEYO: TELUSUR JEJAK DIGITAL KOREANÂ
WAVE DI INDONESIA. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Ardia, V. (2014). Drama Korea dan Budaya Popular. LONTAR: Jurnal IlmuÂ
Komunikasi, 2(3).
TODING, M. S. (2021). DRAMA KOREA (STUDI MOTIVASI DI KALANGANÂ
MAHASISWA FISIP UNHAS TERHADAP BUDAYA POPULER KOREA) (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H