Mohon tunggu...
Sarah Nadhira
Sarah Nadhira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Saya seorang mahasiswi dengan program studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika anak kita berbeda: Membangun penerimaan dan Pendidikan bagi anak dengan Autisme

2 Januari 2025   19:21 Diperbarui: 2 Januari 2025   19:21 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai orang tua, tentu kita ingin yang terbaik untuk anak kita, termasuk
jika mereka adalah anak berkebutuhan khusus seperti anak dengan autisme.
Penting untuk dipahami bahwa autisme adalah spektrum yang luas, dan setiap
anak dengan autisme memiliki ciri khas yang berbeda. Tidak semua anak dengan
autisme memiliki perilaku agresif; banyak di antara mereka yang tidak
menunjukkan perilaku seperti memukul atau mencubit sama sekali. Namun, bagi
sebagian anak dengan autisme, perilaku agresif dapat muncul sebagai respons
terhadap kesulitan komunikasi, ketidakmampuan mengelola emosi, atau stimulasi
berlebih (sensory overload).


Di sisi lain, sebagai seorang ibu dari anak tanpa kebutuhan khusus, wajar jika muncul rasa khawatir atau tidak nyaman ketika anak menjadi korban perilaku agresif dari temannya yang memiliki autisme. Hal ini mungkin memunculkan pemikiran bahwa sekolah terpisah bisa menjadi solusi untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi kedua kelompok anak. Namun, apakah solusi tersebut memang yang terbaik untuk semua anak?

Anak dengan autisme memiliki hak untuk belajar di lingkungan yang inklusif, yang membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan rasa percaya diri. Pendidikan inklusif juga memberi anak-anak tanpa kebutuhan khusus kesempatan untuk belajar tentang empati, toleransi, dan penerimaan terhadap perbedaan. Meski pendidikan inklusif dapat membawa tantangan, seperti kesulitan dalam mengelola perilaku anak dengan autisme, intervensi dari guru yang terlatih dan dukungan sekolah sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif. Dengan pendekatan ini, lingkungan inklusif dapat menjadi tempat di mana semua anak, baik dengan maupun tanpa kebutuhan khusus, dapat tumbuh dan berkembang bersama.

Autisme sendiri merupakan spektrum yang luas, dan perilaku agresif tidak selalu tergantung pada tingkat autisme (Level 1, 2, atau 3). Perilaku agresif sering kali dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, lingkungan, dan situasional. Misalnya, beberapa anak dengan autisme menunjukkan agresi proaktif, seperti berteriak untuk mendapatkan perhatian, atau agresi reaktif, seperti membentak
sebagai respons terhadap ejekan. Dengan memahami pemicu perilaku ini dan memberikan intervensi yang tepat, seperti penguatan positif atau negatif yang bijaksana, perilaku agresif dapat diminimalkan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan yang tepat memungkinkan anak dengan autisme untuk mengelola emosi dan perilaku mereka dengan lebih baik, terlepas dari tingkat kebutuhan dukungan mereka (Alviana. E. L, 2018)

Sebagai masyarakat, kita perlu memahami bahwa pendidikan inklusif bukan hanya tentang memberikan ruang bagi anak dengan autisme, tetapi juga tentang membangun generasi yang lebih peduli, menghargai perbedaan, dan mampu hidup berdampingan dengan sesama. Anak dengan kebutuhan khusus seperti autisme memiliki hak untuk belajar di lingkungan yang inklusif, yang membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan rasa percaya diri. Meski pendidikan inklusif dapat membawa tantangan, seperti kesulitan dalam mengelola perilaku anak dengan autisme, intervensi guru terlatih dan dukungan sekolah sangat penting untuk menciptakan suasana yang kondusif. Pendidikan inklusif tidak hanya memberikan kesempatan bagi anak dengan autisme untuk berkembang, tetapi juga mengajarkan anak-anak tanpa kebutuhan khusus tentang empati, toleransi, dan penerimaan, sehingga membangun generasi yang lebih peduli dan menghargai perbedaan

Lalu apa solusi yang harus dilakukan agar ibu dari ABK terutama autism
berat dan ibu dari anak general tenang?

1. Peningkatan Pelatihan Guru dan Staf Sekolah

Pelatihan dan pengembangan profesional guru di sekolah inklusi sangat penting untuk keberhasilan pendidikan inklusif. Guru harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus untuk menangani kebutuhan beragam siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus. Pelatihan yang diberikan harus mencakup pemahaman tentang berbagai jenis kebutuhan khusus, strategi pengajaran yang bervariasi, penggunaan teknologi bantu, serta teknik manajemen kelas yang efektif. Selain itu, pelatihan perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengikuti perkembangan terbaru dalam pendidikan inklusi. Dukungan profesional seperti lokakarya, seminar, dan program mentoring juga penting untuk membantu guru berbagi pengalaman dan menerapkan praktik terbaik. Dengan kompetensi dan kepercayaan diri yang meningkat, guru dapat menciptakan lingkungan belajar inklusif yang mendukung perkembangan semua siswa sesuai potensinya (Wulandari et al, 2024)

2. Sosialisasi Pentingnya Pendidikan Inklusif kepada Orang Tua

Orang tua, khususnya yang memiliki anak tanpa kebutuhan khusus, berperan penting dalam mendukung pendidikan inklusif. Dengan
menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah, anak-anak mereka juga belajar empati, toleransi, dan keberagaman. Ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjadi individu yang lebih peduli dan terbuka terhadap perbedaan. Selain itu, orang tua juga dapat mendukung program inklusif melalui bimbingan belajar, penyediaan fasilitas yang mendukung, serta bantuan finansial jika memungkinkan. Melalui sosialisasi yang efektif, seperti seminar dan program parenting education, orang tua diharapkan dapat memahami manfaat pendidikan inklusif untuk semua anak. Keterlibatan aktif orang tua dan masyarakat akan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan setiap anak sesuai potensinya (Fauziah et al, 2024)

3. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan tentang Keberagaman untuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun