Mohon tunggu...
Sarah Jauhari
Sarah Jauhari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Greenwashing, Ancaman Nyata bagi Perjuangan SDGs

12 Maret 2023   16:51 Diperbarui: 15 Maret 2023   00:02 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik.com

Tampak dari permukaan, klaim-klaim ramah lingkungan pada produk terdengar meyakinkan. Akan tetapi, bukan tidak mungkin klaim-klaim tersebut hanya klaim sepihak yang belum teruji kebenarannya. Klaim yang tidak berdasar pada uji secara sains ini kemudian hanya menjadi bagian dari strategi promosi dan pemasaran produk-produknya. 

Agenda perusahaan demi menciptakan persepsi dalam masyarakat bahwa produknya ramah lingkungan ini disebut dengan istilah greenwashing. Istilah greenwashing pertama dikenalkan oleh Jay Westervelt pada 1980-an. 

Kritik yang disampaikan pada esai garapannya memuat inti sari yang sama, yaitu bagaimana industri mengelabui konsumen dengan klaim-klaim ramah lingkungan tak berdasar.

Klaim tersebut dibuat untuk menarik konsumen yang peduli dengan masalah lingkungan serta menambah keuntungan perusahaan.

Fenomena greenwashing kini dapat terlihat dari produk-produk kemasan sekali pakai yang mulai mencantumkan klaim-klaim pro lingkungan dalam memasarkan produknya. Mulai ditemukan kemasan sekali pakai dengan klaim biodegradable atau dapat terurai secara alami oleh lingkungan. 

Beberapa produk fast fashion, industri tekstil yang perputarannya sangat cepat dan mengikuti tren, juga memberi klaim bahwa produknya menggunakan bahan daur ulang.

Akan tetapi, tidak ada landasan pasti yang menjamin berapa lama dan bagaimana caranya bahan kemasan tersebut terurai secara alami. Tidak ada pula penjelasan dan bukti terkait persentase bahan daur ulang yang digunakan untuk memproduksi pakaian tersebut.

Promosi yang sarat akan greenwashing melalui berbagai media, dari iklan hingga promosi oleh para key opinion leader, dapat berdampak buruk pada aktivisme lingkungan yang sesungguhnya. 

Masyarakat yang kemudian mengenali praktik greenwashing dapat mengambil sikap untuk mewaspadai dan selektif terhadap produk yang akan dikonsumsi. Akan tetapi, maraknya praktik greenwashing juga dapat menimbulkan skeptisisme dalam masyarakat terhadap gerakan peduli lingkungan yang sesungguhnya.

Gempuran informasi melalui internet pada era globalisasi ini menjadi salah satu hal yang memengaruhi kesadaran masyarakat akan masalah lingkungan.

Hal ini salah satunya terlihat dari pencarian kata kunci "ramah lingkungan" pada Google yang tampak meningkat selama lima tahun terakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun