Dikisahkan pula si Ikaludin. Pemuda yang baru pulang dari studinya di luar negeri nan jauh sana. Mengantongi gelar prestisius dan beragam surat rekomendasi.Â
Mengantongi pula mimpi besar untuk membangun negeri tercinta, untuk bekerja dengan gaji dua digit dan buat bangga mamaknya, serta untuk tidak pernah lagi menduduki kursi penumpang pesawat ekonomi.Â
Malang nasib Ikaludin, kepulangannya ke Tanah Air disambut krisis moneter 1998. Luntang-lantung mencari kerja, ke sana ke mari gadaikan harta demi bertahan hidup di ibu kota.Â
Sampai akhirnya, saat hartanya yang tersisa hanya tumpukan buku dalam koper---sebab tak laku digadaikan---dipaksalah si Ikaludin pulang oleh mamaknya. Sebab bagi mamaknya, tak ada yang lebih memalukan dari pemuda bugar yang menganggur.
Setelah melewati perjalanan yang begitu penuh adrenalin, sampailah Ia di Desa Ketumbi. Ia terpaksa menjaga kedai kopi milik pamannya yang---sudah jadi rahasia umum---punya temperamen buruk.Â
Tugas Ikaludin di kedai adalah mengurus keuangan, administrasi, dan gaji pegawai, membuat kopi, melayani pelanggan, dan mencuci gelas. Ia sebut posisinya itu sebagai general manager, saking umumnya pekerjaan yang Ia lakukan di sana.
Rutinitas baru Ikaludin sebagai penjaga kedai kopi di Desa Ketumbi membawanya pada begitu banyak cerita unik warga lokal. Dari sana lah pembaca diajak untuk turut menjadi bagian dari Desa Ketumbi dan merasakan beragam intrik di dalamnya. Kisah masing-masing tokoh dikisahkan dengan hangat dan menyentuh, membuat pembaca turut merasakan pahit manis perjalanannya.
Kalau biasa menikmati karya Andrea Hirata, Buku Besar Peminum Kopi bisa menjadi pilihan bacaan untuk temani waktu senggangmu sembari menyesap secangkir kopi hangat:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H