Mohon tunggu...
Sarah Humairah
Sarah Humairah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

whatever happens tomorrow, stay alive.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kartika Gen Z dengan Banyak Pencapaian

26 Juni 2024   01:34 Diperbarui: 26 Juni 2024   01:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Generasi Zoomer atau yang kerap disebut dengan Gen Z merupakan panggilan untuk generasi yang memiliki tahun kelahiran 1997 sampai dengan 2012. Gen Z sendiri dikenal sebagai generasi yang manja dan mudah menyerah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa generasi Z yaitu anak muda yang saat ini memasuki dunia kerja mengalami peningkatan krisis kesehatan mental, seperti mudah depresi, cemas, melukai diri sendiri, dan bunuh diri. Hal itu sebagaimana data dalam jurnal JAMA Pediatrics yang melaporkan bahwa 1 dari 7 orang dewasa muda dan anak-anak saat ini memiliki kondisi kesehatan mental. Akhir-akhir ini ramai sekali perbincangan mengenai Generasi Zoomer atau yang kerap disebut dengan Gen Z, di mana ada seorang konten kreator tiktok yang melakukan tindakan bullying verbal kepada kandidatnya yang kebetulan Gen Z, padahal konten kreator tersebut merupakan Gen Z. Menurut konten kreator tiktok tersebut Gen Z adalah generasi yang tidak ingin merasa lelah. Dalam video yang dibuat oleh konten kreator tersebut, ia menyiratkan bahwasannya Gen Z seringkali memilih-milih pekerjaan dan tidak menggunakan kesempatan dengan baik. Tak hanya itu, ia juga mengatakan jika Gen Z tidak ingin menerima pekerjaan yang telah ditawarkan untuk mencari nasabah, lebih baik menjadi ani-ani saja.

Padahal, menurut penulis Generasi Z adalah generasi yang sangat berambisi dalam segala hal, contohnya adalah seorang yang penulis akan ceritakan dalam artikel ini, ia bernama Kartika Rajendra Putri. Kartika merupakan seorang perempuan yang lahir pada tahun 2001. Kartika sendiri saat ini menginjak usia 22 tahun, diusianya yang terbilang muda, ia sudah memiliki banyak pencapaian. Jabatan yang ia miliki diusia yang terbilang muda ini terbilang memiliki tanggung jawab yang sangat besar, Manager Operational (MO). Ia tidak hanya menjadi MO di satu outlet saja, melainkan 4 outlet. Seluruh outlet yang ia kembangkan juga berjalan dengan lancar, bahkan viral di sosial media. Pastinya memegang 4 Outlet secara bersamaan merupakan hal yang sulit untuk Kartika sendiri, namun ia dapat menghadapi itu semua.

“Basicnya saya adalah seorang chef yang fokus di bagian produksi & memastikan produksi tercapai sesuai target di outlet yang saya pegang, serta memastikan seluruh bahan baku yang diperlukan selalu lengkap. Ketika naik jabatan menjadi Manager Operasional, tidak hanya 1 outlet saja yang saya fokuskan, melainkan 4 outlet, dan akan membuka outlet-outlet lainnya di tahun ini dengan konsep yang berbeda,” tukasnya dalam wawancara yang telah dilakukan.

Ia sendiri mengatakan, bahwa ia mengalami perubahan yang signifikan dalam jobdesk kerjanya. Tentunya itu bukan hal yang mudah bagi wanita berumur 22 tahun itu. Banyak lika-liku yang harus ia lewati untuk memimpin timnya. Pekerjaannya yang sulit membuat ia lebih berdedikasi untuk maju.

“Perubahan signifikan yang saya rasakan adalah saya tidak lagi ikut langsung produksi, melainkan menjaga SDM yang ada, memastikan seluruh peralatan tiap outlet dalam kondisi yang baik, menjaga relasi dengan customer, quality control, saya harus mengetahui detail semua outlet yang saya pegang, tidak hanya peralatan dan SDM-nya saja, melainkan hal-hal kecil seperti daun yang kering pun saya harus tau penyebabnya apa, dan bagaimana cara menanggulanginya. Memegang beberapa outlet di satu waktu yang sama adalah kesulitan terbesar saya,” lanjutnya menceritakan kesulitannya.

Tatapan remeh juga kagum sudah menjadi makanannya sehari-hari, hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang bekerja sama dengannya dengan usia diatasnya. Bagaimana tidak? Diusianya yang muda ia sudah dapat bekerja sama dengan brand-brand lain dengan usahanya sendiri. Tanpa kenal menyerah, bahkan dengan kakinya sendiri ia berdiri untuk membuktikan dirinya.

“Saya banyak bekerja dengan orang yang usianya jauh di atas saya. Terutama kalau ada kolaborasi dengan brand lain, saya banyak komunikasi dengan OM brand lain yang usianya sangat jauh di atas saya, dan seringkali mendapatkan pandangan-pandangan remeh, namun beberapa juga banyak yang memuji,” Ucap Kartika.

Banyak hal yang menjadi tanggung jawab Kartika sekarang, tidak seperti yang dikatakan oleh konten kreator tersebut. Sebagai Gen Z justru Kartika membantu teman-temannya dan juga customer untuk memudahkan sistem yang ada. Sudah banyak pencapaian yang Kartika dapatkan saat menjadi Manager Operational dalam 3 bulan ini.

“Saya mampu menaikan produksi di atas target yang diberikan oleh CEO. Produksi tiap bulan meningkat, saya juga mampu membuat sistem yang efisien untuk membuat produk yang jumlahnya ribuan. Saya mampu melakukan itu sembari menerima banyak sekali keluhan mengenai barang yang rusak dari masing-masing outlet (misal: oven & chiller rusak), namun penanganan yang saya berikan tidak pernah lama. Saya juga mampu mengubah sistem antrian agar memudahkan customer. Saya juga mengatur layout untuk central kitchen yang sedang dibangun, berdiskusi dengan banyak vendor. Saya selalu memastikan tiap outlet tidak kekurangan bahan baku dengan cara membuat sistem request order yang tepat & efisien,” Kartika menjelaskan pencapaiannya.

Dapat dilihat dari kenyataan diatas, bahwa Gen Z tidak selemah yang telah dipikirkan oleh khalayak ramai. Kartika sebagai Gen Z dapat menangkis semua stigma negatif yang berkaitan dengan Gen Z. Tentunya, untuk menghilangkan stigma negaatif tersebut Generasi Z juga harus memiliki semangat yang sama seperti Kartika.

Sudah jelas bahwa seiring berkembangnya zaman, persaingan dalam lapangan pekerjaan semakin sulit dari generasi sebelumnya. Gen Z yang berani menunjukkan personal brandingnya, tentu akan lebih dilihat dan tidak diremehkan oleh masyarakat. Untuk menunjukkan personal branding, tentunya kita harus mengetahui nilai dan kemampuan diri kita sendiri. Bermedia sosial dengan bijak juga menjadi hal yang harus diperhatikan oleh Gen Z, jangan sampai karena salah menggunakan sosial media menjadi viral secara memalukan seperti konten kreator yang menjelekkan Gen Z. Buatlah suatu kreatifitas yang dapat menarik minat seluruh generasi, kreatifitas yang dibuat pastinya harus menambahkan wawasan baru, hiburan, ataupun inspirasi kepada mereka. Fokus terhadap hal yang ingin dicapai dan terus berkembang, rasa tidak ingin puas harus ditumbuhkan dalam dunia pekerjaan, hal ini dapat meningkatkan nilai positif dimata para pemimpin perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun